BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi
sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari
kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh
kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan
kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam
minggu pertama kehidupannya. Malformasi kongenital merupakan kausa
penting terjadinya keguguran, lahir mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi
pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas
pada bayi adalah atresia duedoni esophagus, meningokel eosephalokel,
hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan metabolik dan endokrin.
Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan
genetik dan kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok
dan narkotika.
Dari uraian diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan
secara terpadu. Dari masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan
pertolongan pertama dengan dapat untuk menekan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih parah kita harus
melakukan rujukan.
Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan Neonatus
dengan Cacat Bawaan dan Penatalaksanaannya” ini disusun untuk mengkaji
lebih jauh mengenai neonatus dengan kelainan kongenital serta
penatalaksanaannya sehingga sebagai seorang bidan kita mampu memberikan
asuhan neonatus dengan tujuan meminimalisir angka kematian dan kesakitan
pada neonatus sehingga tugas mutlak seorang bidan dan terpenuhi dengan
baik.
B. Tujuan
Adapun Tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kelainan congenital/ cacat bawaan pada
neonatus.
2. Untuk mengetahui penyebab kelainan congenital
3. Untuk mengetahui diagnosis kelainan kongenital
4. Untuk mengetahui kelainan kongenital pada neonatus dan
penatalaksanaannya
5. Untuk mengetahui cara pencegahan kelainan congenital atau cacat
bawaan pada neonatus
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan cacat bawaan/ kelainan congenital pada
neonatus?
2. Apa saja yang penyebab kelainan kongenital?
3. Bagaimana menentukan diagnosis kelainan congenital pada neonatus?
4. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus dan
penatalaksanaannya?
5. Bagaimana cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada
neonatus?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan
dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa
tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital dapat merupakan
sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera
setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini
seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup
bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan
dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan
kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium
untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal
pula adanya diagnosis pre/- ante natal kelainan kongenital dengan
beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi,
pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
B. Diagnosis
Kelainan kongenital seperti anensefalus, fokomelia ( akibat thalidomide)
setelah bayi lahir mudah di diagnosa.
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis adalah :
1. Anamnesis tentang kelainan-kelainan dalam keluarga
2. Kelainan dalam kehamilan, misalnya adanya hidramnion, kematian janin
dalam rhim, dan sebagainya
3. Pemeriksaan sel-sel dalam air ketuban melalui amniosentesis
4. Pemeriksaan radiologik
5. Ultrasonografi
C. Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.
Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya
kelainan kongenital antara lain:
1) Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh
atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini
ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh
bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau
kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering
sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan
dapat membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dalam
bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan
adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan
kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma down. Kelainan pada
kromosom kelamin sebagai sindroma turner.
2) Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas
organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri
akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
3) Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang
terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama
kehamilan. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan
kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya
abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah
infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita
infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran
sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi
lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis,
kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya
gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4) Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester
pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya
kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah
diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang
dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis
jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang
baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital,
walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara
pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama,
dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun
hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa
harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk
penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak
dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya
sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
5) Faktor Umur Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian
mongolisme akan meningkat pada ibu usia di atas 30 tahun dan akan lebih
tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.
6) Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan
kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu
penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan
pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7) Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar
pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene
yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang
dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis
sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8) Faktor gizi
Kekurangan beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada
janin. Frekuensi kelainan kongenital lebih tinggi pad ibu-ibu dengan
gizi yang kurang selama kehamilan. Salah satu zat dalam pertumbuhan
janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan resiko
terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
9) Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor
janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi
faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau
hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab
kelainan kongenitai tidak diketahui.
D. Macam-Macam Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan Pada Neonatus
1. Encephalocele
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipitalØ dimana terjadi penonjolan meningen
yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak
kemudian menutup cacat tersebutØ
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu lesiØ ditutupi kassa steril atau kassa
yang tidak lengket, pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan
sfingter anal, catat lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam, monitor BAK/
BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/
penjelasan pada orang tua mengenai kelainan ini.
2. Hidrocephalus
Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalØ dalam ventrikel otak, sehingga
kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada
sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidroscephalus ada dua, yaitu:Ø
a. Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat
karena aliran CSS dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
b. Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena
CSS tidak ventrikel di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak
terdapat gangguan dalam sistem.
Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi)Ø yaitu kelainan bawaan, infeksi,
perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar,Ø sutura tengkorak belum menutup dan
teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun
besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar
dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan mengkilat, bola mata
terdorong kebawah.
Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, VentrikulografiØ
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:Ø
a. Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis
dengan pembedahan. Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan
CSS.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
c. Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara
terbaik ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang
berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu arah. Tindakan ini
mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis
Penatalaksanaannya:Ø
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara
bertahap jika kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral.
b. Pasien dipasang infus dengan cairan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak terlalu cepat karena dapat menampah
tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam, jika tampak kulit kemerahan posisi
di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa penyakit ini berat dan sukar
pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yangØ terjadi pada bibir bagian atas
serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut.
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan padaØ penyambungan bibir bagian atas,
yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yangØ melewati langit-langit mulutdan
menuju ke saluran udara di hidung.
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØ menyebabkan kelainan pada janin,
contohnya virus atau bahan kimia).
Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung, tampakØ sebagian atau keduanya dan adanya
celah pada bibir. Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada
rongga pada hidung, distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya
langit-langit saat diperiksa dengan jari, kesukaran dalam menghisap atau
makan.
Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media,
aspirasi, disstress pernapasan.Ø
Penatalaksanaan:Ø
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit
ditegakkan, berikan minum dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah
bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman yang
diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam,
pemberian infus, perhatikan keadaan umum bayi.
c. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan
dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan
pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6
bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Untuk menutup
celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu
(3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum
dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara.
Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau
menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih
atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran berikan minum pada
bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu
yang terpenting untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk
memastikan pertumbuhan sampai operasi dapat dilakukan. Apabila hanya
labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap menyusui. Apabila kasus
labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan
nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk
operasi.
4. Atresia esofagus
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanyaØ disertai kelainan bawaan lainnya
yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor.
Faktor genetic, yaitu Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.Ø
Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih,Ø apabila air liur masuk ke dalam
trakea akan terjadi aspirasi
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir denganØ kurang bulan. Bayi tersebut sering
mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkanØ setengah duduk untuk mencegah
tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan
lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi
lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis
agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplitØ perkembangan embrionik pada distal
usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.Ø
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir danØ tidak terdapat defekasi mekonium
atau urine bercampur mekonium
Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebihØ rendah atau pada anus, membran
anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada
macam-macam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung
rektum yang buntu.
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenanØ rektum dan dapat dilakukan colok
dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2
cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat
masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan lebih tinggi
dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa
perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaituØ dengan kolostomi sementara dan
setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan
operasi dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta
tindakan yang akan dilakukan. Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus,
sering diisap cairan lambungnya, dilakukan observasi tanda-tanda vital.
Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus
buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan
kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan
kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar
konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di
lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
6. Hirschsprung
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglionØ para simpatis dari pleksuss
messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal
Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus sampaiØ sigmoid, segmen panjang : kelainan
melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yangØ lambat keluar ( lebih dari 24 jam
), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan jepitan, dan padaØ waktu ditarik akan diikuti dengan
keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektumØ (merupakan tindakan sementara) dan
dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi
dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi.
Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).
7. Spina Bifida
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. AdaØ sebagian komponen tulang belakang
yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum
atau susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan
ini, dimulai sejak dalam masa pembentukan bayi dalam kandungan.
Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada masa ini janin sedang
dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu ada gangguan,
tulang belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup. Kemungkinan
penyebab gangguan ini adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat.
Pada proses perkembangan tulang belakang dengan sarafnya itu, awalnya
tulang belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi dalam
perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum
tulang. Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya
jadi tertahan. Karena tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum
tulang jadi tersangkut pada bagian tulang yang berlubang (defect) tadi,
sehingga sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya berupa
selaput saraf dengan air saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan
menonjol. Sebetulnya, kelainan ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan
lewat pemeriksaan USG atau dengan pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan
kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi terkena kelainan ini bisa
langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnyaØ kerusakan pada korda spinalis dan
akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa
gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang
dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi
baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).
Gejala pada spina bifida okulta:
a. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sakrum.
Terdapat beberapa jenis spina bifida:Ø
a. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu
atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda
spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan
teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda
spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar dan merah.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Ø
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang
disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina
bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang
mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa
fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang
tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat
menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban). Setelah bayi
lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda
spinalis
maupun vertebra.
c. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan
lokasi dan luasnya kelainan.
Penatalaksanaan :Ø
a. Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi
asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi
sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi
asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil
adalah 1 mg/hari.
b. Biasanya kalau ada kelainan bawaan yang berat dan dapat mengancam
nyawa si bayi, maka begitu lahir sudah disiapkan tim dokter untuk
menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah anak, ortopedi, dan
dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi
kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun,
tidak bisa dibiarkan adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf
pusat. Tindakan operasi yang dilakukan pun memiliki beberapa tujuan,
yaitu untuk penutupan kalau ada defect atau kalau ada hubungan langsung
susunan saraf pusat dengan dunia luar. Selain itu, tujuan utama lainnya
adalah operasi untuk membebaskan jaringan saraf bila mungkin ada yang
menyangkut di tulang belakang yang defect (berlubang).
c. Bila kelainan spina bifidanya terbuka luas, bayi harus dirawat di
rumah sakit dan tidak dibolehkan pulang. "Sebab, ia termasuk bayi
berisiko tinggi." Sementara pada spina bifida yang dilapisi oleh kulit
yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan operasi. "Bisa
dibawa pulang dan kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari cedera
seperti jatuh atau terbentur.
d. Bila spina bifida disertai dengan hidrosefalus sebaiknya dilakukan
terlebih dulu pemasangan 'selang' atau VP shunt (pintas dari rongga
cairan otak ke perut). Kalau tidak, tekanan cairan dari otak akan tinggi
terus. Akibatnya, seringkali bocor dan merembes. Dengan pemasangan
selang, cairan otak dialirkan ke rongga perut sehingga tekanan cairan
pun tidak terlalu tinggi. Kalau tidak dipakaikan selang, lama-lama
kepala anak akan terus membesar karena cairan otak akan bertambah atau
berproduksi terus. Pertumbuhan jaringan otak pun akan tertekan dan kalau
dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
e. Kalaupun ada penundaan operasi, misal karena kondisi si anak tak
memungkinkan, untuk sementara waktu diberikan obat-obatan. Terutama
untuk mengurangi produksi cairan otaknya. Selain berusaha secepat
mungkin melakukan tindakan sampai kondisinya memungkinkan. Kalau tidak,
akan mengalami masalah di atas meja operasi atau sesudahnya." Pemberian
obat-obatan pun diberikan setelah atau segera sebelum operasi.
f. Sebelum melakukan tindakan pun, biasanya kondisi sarafnya dinilai
lebih dahulu, apakah masih berfungsi atau tidak. Misalnya, apakah anak
mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu, apakah ia bisa menahan pipis atau
tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi, tindakan operasi
dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak.
Selain itu, dicari waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau
pada usia anak yang lebih besar, lebih mudah untuk diambil tindakan
karena fungsi organ tubuhnya sudah matang. Sementara pada bayi, sangat
riskan.
g. Selain pengobatan dengan tindakan operasi, juga dilakukan stimulasi
fisioterapi dan rehabilitasi medik untuk melatih motoriknya. Misalnya
dengan menggerakan otot-ototnya supaya tidak lemah. Jadi, fungsi-fungsi
saraf yang ada harus dilatih semaksimal mungkin. Termasuk melatih BAB
dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin untuk membuat saraf
baru.
8. Omfalokel (amniokel = Eksomfalokel)
Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke ronggaØ abdomen pada waktu janin berumur
10 minggu hingga menyebabkan timbulmya omfalokel. Kelainan dengan adanya
sembulan dari kantong yang berisi usus dari visera abdomen melalui
defek dinding abdomen pada umbikalis dan terlihat menonjol. Angka
kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan
terjadi infeksi.
Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum operasiØ bila kantong belum pecah,
dioleskan merkurokrum setiap hari untuk mencegah infeksi. Setelah
diolesi diolesi dengan kasa steril, diatasnya ditutupi lagi dengan kapas
agak tebal baru dipasang gurita.
Penatalaksanaan : Operasi segera dilakukan setelah lahir, tetapiØ mengingat bahwa memasukkan semua
usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomenakan menimbulkan
tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul gangguan pernapasan, maka
biasanya operasi ditunda beberapa bulan.
9. Hernia Diafragma
Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi perutØ masuk kedalam rongga toraks.
Kelainan yang sering ditemukan ialah penutupan tidak sempurna dari sinus
pleuroperitoneal yang terletak pada bagian posrero lateral dari
diafragma.
Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalamØ toraks, akan timbul gejala
gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga
dan sublateral, perut kecil dan cekun, suara napas tidak terdengar pada
paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang
berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.Ø
Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan tindakan pemberianØ oksigen bila bayi tampak sianosi,
kepala dan dada harus lebih tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar
tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma
bergerak dengan bebas. Posisi ini juga dilakukan setelah operasi.
10. Atresia Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainanØ pertumbuhan tulang- tulang dan
jaringan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral
tidak memerlukan tindakan bedah segera, tetapi bila bilateral harus
dilakukan tindakan operatif.
11. Obstruksi Usus
Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion, harusØ dilakukan dengan tindakan
pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya
atresia esofagus, bila dapatn mencapai bila dapat mencapai lambung dan
cairan lambung dapat diisap lebih dari 15 ml, dapat diduga mungkin
terdapat obstruksi usus letak tinggi, obstruksi dapat terjadi pada usus
halus dan usus besar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis atau
malrotasi.
Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah hijau atau kuning coklat,Ø perut membuncit, kadang-kadang
tampak gerakan peristaltikdan terdapat obstipasi.
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit denganØ parenteral, pengosongan lambung
dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan
letak obstruksi
Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsiØ umum kelenjar eksokrim pancreas.
kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir
kelumen usus halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat
lumen usus.
12. Atresia Duodeni
Biasanya terjadi dibawah ampula vateri, muntah terjadi beberapa jamØ sesudah kelahiran. Perut dibagian
epigastrium tampak membuncit sesaat sebelum muntah. Muntah mungkin
projektil dan berwarnah hijau.
Foto abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan pelebaran lambungØ dan bagian proksimal duodenum
tampa adanya udara dibagian lain usus.
Pengobatan ialah dengan oprasi. Sebelum operasi dilakukan hendaknyaØ lambung dikosongkan dan diberikan
cairan intaravena untuk memperbaiki gangguan air dan elektrolit yangb
terjadi.
13. Hipospadia
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana metus eksternaØ terletak dipermukaan ventral penis
dan lebih proksimaldari tempatnya yang normal (ujung glan penis)
Etiologi: maskulinisasi inkomplit dari genetalia karenainvolusi yang
prematur dari sel interstisial testisØ
Manifestas klinik: penis melengkung kearah bawah hal ini disebabkanØ adanya chordee yaitubsuatu
jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus uretra yaitu tipe
glandula, distal penila, penila, penoskrotal, scrotal dan parienal.
Penatalaksanaan: operasi yang terdiri dari beberapa tahap yaituØ operasi pelepasan chordee dan
tunneling dilakukan pada glans penis dan muaranya, bahan untuk menutup
luka eksisichordee dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis
bagian dorsal. Oleh karena itu hipospadia merupakan kontra indikasi
mutlak untuk sirkumisi. Operasi uretroplasti, biasanya dilakukan 6 bulan
setelah operasi pertama uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral
yang diinsisi secara longitudional paralel dikedua sisis.
14. Fimosis
Pengertian fimosis adalah penyempitan pada preposium, kelainan yang
menyebabkan bayi atau anak sukar berkemih.Ø
PenyebabØ
Adanya smegma pada ujung prepusium yang menyulitkan bayi berkemih
Tanda dan gejalaØ
Kulit prepusium menggelembung seperti balon dan bayi / anak menangis
keras sebelum urine keluar.
PenangananØ
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang preposium dengan
cara mendorong kebelakang kulit prepesium tersebut dan biasanya akan
terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi
pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula
dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua sendiri di minta
melakukannya seperti dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat
dilakukan pada seorang laki-laki kerioka masih dirawat/ketika baru
lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi
karena adanya spegma bukan karena keagamaan. Setiap memandikan bayi
hendaknya preposium didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan
dengan kapas yang telah dijelang dengan air matang.
15. Epispadia
Pengertian : Suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dengan lubangØ uretra terdapat bagian punggung
penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Jenis: lubang uretra terdapat dipuncak kepala penis,seluruh uretraØ terbuka disepanjang penis, seluruh
uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.
Gejala: lubang uretra terdapat dipunggung penisØ
Diagnosis : untuk melihat beratnya epispadia, dilakukan pemeriksaan
berikut radiologis, USG system kemih kelamin.Ø
Penangannan: melalui pembedahanØ
16. Kelainan Jantung Kongenital
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalahØ gangguan atau kelainan organ
jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar
akibat dari kelainan saat lahir pada tahun pertama kehidupan.
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan,Ø infeksi saat kehamilan, dan
keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan pembentukan
jantung. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak
diketahui penyebabnya.
Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)Ø dimulai pada minggu ketiga
pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat
tumbuh dan berkembang di dalam rahim dengan menggunakan plasenta
(ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi, oksigen, dan pembuangan sisa
metabolisme.
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperanØ dalam terjadinya kelainan jantung
bawaan (misalnya obat anti kejang fenitoin, talidomid, dan obat
kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian alcohol, rubella, dan
Diabetes selama hamil.
17. Kelainan Metabolik dan Endokrin
PengertianØ
Merupakan gangguan metabolisme ataupun endokrin yang terjadi pada bayi
baru lahir.
Klafikasi dan penyebabØ
Gangguan metabolik yaitu:ü
• Hipertermia
• Hipotermia
• Edema, terdapat pada 150 imunisasi rhesus berat pada bayi dari ibu
penderita DM.
• Tetani, biasanya ditemukan pada hipoparatiroidisme fisiologik sepintas
yaitu karena berkurangnya kesanggupan ginjal untuk mengsekresikan
fosfat pada bayi yang mendapat susu buatan dan bayi dari ibu penderita
DM atau pra DM.
Gangguan endokrin yaitu :ü
1. Hipoplasia adrenal congenital disebabkan oleh kekurangan ACTH sebagai
akibat dari hipoplasia kelenjar pituitary hipofungsi hipothalamus pada
masa kritis embrio genesis
2. Perdarahan adrenal, disebabkan oleh trauma lahir, misalnya lahir
dengan letak sungsang.
3. Hipoglikemia yaitu dimana kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada
bayi cukup bulan dan kurang dari 20 mg % pada BBLR
4. Defesiensi tiroid, terjadi secara genetik yaitu sebagai kretinisme,
tetapi juga terdapat pada bayi yang ibunya mendapatkan pengobatan
toiurasil atau derivatnya waktu hamil
5. Hipertirodisme sementara, dapat dilihat pada bayi dari ibu penderita
hipertioidisme atau ibu yang mendapat obat tiroid pada waktu hamil.
6. Gondok congenital disebabkan oleh kekurangan yodium dan terdapat
didaerah gondok yang endemik
7. Hiperplasia adrenal disebabkan karena peninggian kadar kalium dan
penurunan kadar natrium dalam serum
Tanda dan gejalaØ
• Untuk hipotermia akut yaitu lemah, gelisah,pernafasan dan bunyi
jantung lambat dan kedua kaki dingin.
• Untuk cold injury yaitu lemah, tidak mau minum, badan dingin,
oliguria, suhu tubuh 29,5 oC – 35 oC. gerakan sangat kurang ;
muka,kaki,tangan, dan ujung hidung merah seolah-olah bayi dalam keadaan
sehat; pengerasan jaringan subkitis atau edema.
• Tetani, yaitu mudah terangsang, muscular twicthing ; tremor dan
kejang.
• Hipoplasia adrenal congenital , yaitu, lemah, muntah, diare, malas
minum, dehidrasi.
• Perdarahan adrenal yaitu / renjatan nadi lemah dan cepat , pucat,
dingin.
• Defesiensi tiroid yaitu konstipasi ikterus yang lemah ekstremitas
dingin dan pada kulit terdapat bercak yang menetap.
• Hipertiroidisme sementara yaitu gelisah, mudah terserang, hiperaktif ,
eksoftalamus, takikardia dan takipnu.
• Gondok kongenital yaitu pembebasan pembebasan kelenjar , tiroid yang
dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan dan dapat menyebabkan
kematian ;hiporekstensi
PenangananØ
• Hipertermia yaitu/ dengan memperbaiki suhu lingkungan dan atau
pengobatan terhadap infeksi
• Hipotermia yaitu/dengan segera memesukkan bayi kedalam incubator yang
suhu nya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang
supaya dapat diawasi dengan teliti
• Hipotermia sekunder yaitu/dengan mengobati penyebabnya misalnya dengan
pemberian antibiotika,larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
• Cold injury yaitu/dengan memenaskan bayi secara
perlahan-lahan,antibiotika, larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
• Tetani yaitu/dengan memberikan larutan kalsium glukonat 10 % sebanyak
5:10ml IV dengan perlahan-lahan dan dengan pengawasan yang baik terhadap
denyut jantung.
• Hipertiroidisme sementara yaitu dengan memberikan larutan lugol
sebanyak 1 tetes 3-6 kali/sehari atau propiltiorasil atau metimasol,
pemberian cairan secara IV, sedativum dan digitalis bila terdapat tanda
gagal jantung.
• Gondok congenital yaitu dengan pengangkatan sebagai kelenjar tiroid
dengan disertai pemberian hormone tiroid bila terdapat gejala
penyumbatan jalan nafas yang berat.
• Hipoplasia adrenal kongenita yaitu dengan pemberian larutan garam
NaCL,deksoksikortikosteron dan asetat .
• Hiperplasia adrenal yaitu/dengan memberikan larutan garam NaCL 0,9% ta
mbah larutan glukosa seta pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
• Perdarahan adrenal yaitu/ dengan memberikan transfuse darah dan
hidrokortison
• Hipoglikemia yaitu / dengan menyuntikkan larutan glukosa 15-20 %
sebanyak 4 ml/kg BB melalui ke vena perifer.
E. Pencegahan Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan pada Neonatus
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan
terutama ibu dengan kehamilan di atas usia 35 tahun:
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok
• Menghindari alkohol
• Menghindari obat terlarang
• Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
• Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
• Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
• Mengkonsumsi suplemen asam folat
• Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
• Menghindari zat-zat yang berbahaya.
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya
kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu
kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat
kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun
orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan
yang dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan
bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau
beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat
bawaan pada neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor
genetik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal,
faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya.
3. Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu
encephalocele, hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz),
atressia esofagus, atrssia ani, hirschprung, spina bifida, kelainan
jantung kongenital, omfalokel.
4. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang
memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan
kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini
harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor
penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
5. Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan
resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol,
menghindari rokok , obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga
teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan
rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1. Dalam mempelajari asuhan neonates, seorang calon bidan diharapkan
mengetahui kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi
pada neonatus sehingga mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan
sesuai dengan kewenangan profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam
pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah
ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui
dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada
Neonatus, Bayi, dan Balita. Makassar: Universitas Indonesia Timur.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric .Jakarta: EGC.
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sagung Seto.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
Fans Pages
Lencana Facebook
Labels
- C.I.N.T.A ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ (31)
- FAKTA (4)
Popular Posts
-
BAB II ISI 2.1 Status Sosial Wanita Tingginya angka kematian ibu di Indonesia , semakin menurunnya anak perempuan y...
-
ASKEB KOMPLEKS FAKTOR RESIKO DAN SOSIAL YANG BERKONSTRIBUSI PADA KONDISI IBU DAN BAYI YANG BURUK SERTA KESAKITAN DAN KEMATIAN ...
-
KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah melimpa...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan rema...
-
A. Tujuan Komunikasi Informasi dan Edukasi Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalu...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian terjadi dalam perio...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada n...
-
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya strategi Hankamnas dalam pembangunan/ pembinaan serta penggangguan k...
-
PENDAHULUAN Fungsi pengetahuan etik bagi bidan adalah memberikan bantuan yang positif ba...
Daftar Blog Saya
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
my music : lady gaga - papparazi
Free Music at divine-music.info
Pages
Diberdayakan oleh Blogger.
Translate
Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format
0 komentar:
Posting Komentar