ASKEB KOMPLEKS
FAKTOR RESIKO DAN SOSIAL YANG BERKONSTRIBUSI PADA KONDISI IBU DAN BAYI YANG BURUK SERTA KESAKITAN DAN KEMATIAN
Disusun Oleh:
1. Melia
Fransiska 221015201185
2. Merynawati 221015201026
3. Mikaria
Sihombing 221015201145
4. Murti
Hasanah 221015201179
5. Nova Juliyanti Lubis 221015201096
6. Novi
Yanti 221015201091
7. Orince
Doloksaribu 221015201176
8. Rahma yanti 221015201097
9. Resti
Ayuning Tyas 221015201030
10. Risya
Eva Sari Nadapdap 221015201013
Dosen Pengajar: Ratih Septiana
Arpen,S.Tr.Keb.,M.KM
UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat, dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Faktor Resiko dan Sosial yang Berkontribusi Pada Kondisi Ibu dan Bayi
yang Buruk Serta Kesakitan dan Kematian”
Tak
lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Ratih Septiana Arpen,S.Tr.Keb.,M.KM
selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Kompleks, yang telah
membimbing
dalam
pengerjaan makalah ini.
Sebuah
kesempurnaan tentunya sulit untuk ditemukan, penulis selaku penyusun makalah
ini tentunya tak luput dari kesalahan, sehingga penulis meminta maaf sebesar-
besarnya dan penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang dapat
membangun ke arah perbaikan.
DAFTAR ISI
1.1 Faktor Resiko dan Sosial yang Berkontribusi Pada Kondisi Ibu
1.1.1 Perawatan Selama Kehamilan
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil
2.1.3 Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal
2.1.4 Upaya Menurunkan Angka Kematian Antenatal
2.2 Faktor Resiko dan Sosial yang Berkontribusi Pada Kondisi
Bayi
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kematian Bayi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kementerian
kesehatan telah menetapkan strategi upaya percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angkat Kematian Bayi (AKB) melalui Strategi Making Pregnancy
Safer (MPS) dan Child Survival yang terfokus, pada peningkatan cakupan dan
kualitas pelayanan kesehatan, membangun kemitraan yang efektif dengan lintas
program dan lintas sektor serta mitra lain, pemberdayaan perempuan, keluarga
dan masyarakat, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan serta pembiayaan kesehatan dan secara berkesinambungan dilanjutkan
dengan upaya-upaya kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.
Angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya dimana pada tahun 2012 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) pada
tahun 2015, diharapkan angka kematian bayi menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup
dan Renstra Kemenkes sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup, tetapi AKB di
Indonesia tahun 2012 masih jauh dari target Renstra dan target MDG’s.
Kematian
perinatal yang tercatat dalam Profil Kesehatan Indonesia yang ditunjukkan dari
Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2003 kemudian menurun lambat menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup dan tetap
stagnan pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan AKN di
Indonesia lebih lambat dibandingkan AKB. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan 78,5%
dari kematian perinatal terjadi pada umur 0-6 hari. Penyebab kematian terbesar
adalah gangguan pernapasan/asfiksia (35,9%), prematuritas dan bayi berat lahir rendah
(32,4%), sepsis (12%).
Sebagian
besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah yang terjadi pada bayi baru
lahir (perinatal) yaitu sebesar 56,7% kasus. Kasus kematian tersebut
dikelompokan berdasarkan proporsi penyebab kematian kelompok umur 0–6 hari
(perinatal dini) dan 7– 28 hari (perinatal lanjut). Masalah perinatal dini
meliputi gangguan pernafasan (asfiksia) 35% kasus, prematuritas 32,4% kasus,
sepsis 12% kasus, hipotermi 6,3% kasus, kelainan perdarahan dan kuning 5,6%
kasus, postmatur 2,8% kasus dan malformasi konginetal 1,4% kasus. Masalah yang
terjadi pada perinatal usia 7–28 hari meliputi sepsis 20% kasus, malformasi
kongenital 1,8% kasus, pneumonia 15,4% kasus, sindrom gawat pernafasan 12,8%,
prematuritas 12,8% kasus, kuning 2,6%, kasus cidera lahir 2,6% kasus, tetanus
2,6%, defisiensi nutrisi 2,6% kasus, dan sindrom kematian mendadak (sudden infant
death) sebanyak 2,6% kasus.
Terdapat
kurang lebih 8 juta kematian perinatal di dunia terjadi setiap tahun.Dari
jumlah ini, sekitar 85 % kematian bayi baru lahir terjadi akibat infeksi,
asfiksia pada saat lahir, dan cedera saat lahir. Kematian perinatal merupakan
gabungan dari dua aspek, yaitu kelahiran mati (kematian pada janin yang telah
mencapai berat> 1000 gram atau pada usia kehamilan >28 minggu) dan
kematian bayi yang terjadi dalam tujuh hari kehidupannya (periode perinatal
dini). Batasan tersebut digunakan dalam statistik perbandingan internasional,
sedangkan untuk pelaporan tingkat nasional, WHO menyarankan menggunakan batasan
berat janin lebih dari 500 gram, atau periode usia kehamilan 22 minggu hingga
satu minggu pertama kehidupan bayi.
Banyak faktor
risiko terjadinya kematian bayi komplikasi pada saat kehamilan/persalinan
merupakan faktor risiko yang tinggi baik pada ibu maupun bayi yang
dikandungnya. Komplikasi yang terjadi saat persalinan merupakan penyebab utama
terjadinya kematian pada bayi yang semula hidup pada saat proses persalinan
dimulai, tetapi kemudian lahir mati.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa Faktor Resiko dan Sosial yang
Berkontribusi Pada Kondisi Ibu
2.
Apa Faktor Resiko dan Sosial yang
Berkontribusi Pada Kondisi Bayi
1.3 Tujuan
1. Untuk
Mengetahui Faktor Resiko dan Sosial yang Berkontribusi Pada Kondisi Ibu
2. Untuk
Mengetahui Faktor Resiko dan Sosial yang Berkontribusi Pada Kondisi Bayi
BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Faktor
Resiko dan Sosial yang Berkontribusi Pada Kondisi Ibu
Kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan
orang dalam tingkatan sehat atau sakit.Konsep hidup sehat sampai saat ini masih
relevan untuk diterapkan.Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu preoses
yang butuh perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung
unsur kehidupan ibu maupun janin.Resiko kehamilan ini bersifat dinamis karena
ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat beresiko tinggi.
Jika status kesehatan ibu hamil buruk, misalnya menderita anemia maka bayi yang
dilahirka beresiko lahir dengan berat badan rendah, bayi dengan BBLR ini
memilki resiko kesakitan seperti infeksi saluran nafas bagian bawah dan kemtian
yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal.
Bagi ibu sendiri anemia ini meningkatkan resiko pendarahan pada saat persalinan
dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian (kusmiyati,
2009)
1.1.1
Perawatan
Selama Kehamilan
1. Pemeriksaan
pada usia kehamilan mencapai 6 dan 8 minggu sangat penting untuk memperkirakan
umur kehamilan dan tanggal perkiraan persalinan. Pemeriksaan fisik yang pertama
kali dilakukan biasanya meliputi berat badan, tinggi badan dan tekanan darah.
Dengan USG, kehamilan bisa diketahui mulai dari 4-5 minggu setelah ovulasi, USG
juga digunakan untuk mengikuti perkembangan kehamilan, menentukan tanggal
perkiraan persalinan, menentukan laju pertumbuhan janin, merekam denyut jantung
atau pernafasan janin, mengetahui kehamilan ganda, mengetahui sejumlah kelainan
(misalnya plasenta previa), mengetahui kelainan posisi janin dan emandu jarum
pada pengambilan contoh cairan ketuban untuk keperluan pemeriksaan genetik atau
kematangan pada paru-paru (amniosentesis).
2. Pada
kehamilan muda, sebelum menjalani pemeriksaan USG, sebaiknya ibu meminum banyak
air karena kandung kemih yang penuh akan mendorong rahim keluar rongga panggul
sehingga bisa diperoleh gambaran janin yang lebih jelas. Pemeriksaan
selanjutnya dilakukan setiap 4 minggu (1 kali/bulan) sampai usia kehamilan
mencapai 32 minggu. Kemudian setiap 2 minggu sampai usia kehamilan mencapai 36
minggu dan sesudah 36 minggu, pemeriksaan dilakukan 1 kali/minggu. Pada setiap
pemeriskaan, dilakukan pengukuran berat badan dan tekanan darah, serta ukuran
dan bentuk rahim untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin.
3. Kenaikan
berat badan pada saat hamil, pada wanita yang memiliki ukuran rata-rata
biasanya berkisar antara 12,5-15 kg (sekitar 1-1,5 kg/bulan). Kenaikan berat
badan yang melebihi 15-17,5kg menyebabkan penumpukan lemak pada janin dan ibu.
Berat badan yang tidak bertambah merupakan pertanda buruk (terutama jika
kenaikan berat badan total kurang dari 5 kg) dan hal ini bisa menunjukkan
adanya pertumbuhan janin yang lambat. Kadang kenaikan berat badan disebabkan
oleh penimbunan cairan akibat jeleknya aliran darah tungkai pada saat wanita
hamil berdiri. Hal ini bisa diatasi dengan cara berbaring miring ke kiri selama
30-45 menit sebanyak 2-3 kali/hari.
4. Selama
kehamilan, kebutuhan kalori harus ditambah sekitar 250 kalori agar tersedia zat
gizi yang cukup untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil sebaiknya mengkonsumsi
makanan yang gizinya seimbang, termasuk buah-buahan dan sayursayuran. Hindari
makanan yang terlalu asin atau makanan yang mengandung bahan pengawet.
5. Seorang
wanita hamil tidak boleh minum obat sembarangan. Selama kehamilan, kebutuhan
tubuh akan zat besi meningkat guna memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Biasanya
diberikan tambahan zat besi. Pemberian zat besi bisa menyebabkan gangguan
lambung yang ringan dan sembelit. Mual dan muntah bisa dikurangi dengan merubah
pola makan, yaitu minum dan makan dalam porsi kecil tetapi sering, makan
sebelum lapar dan makanan lunak. Untuk mengatasi morning sickness (mual di pagi
hari) sebaiknya memakan 1-2 keping biskuit sebelum beranjak dari tempat tidur.
Edema (pembengkakan) sering terjadi, terutama pada tungkai. Demikian juga
halnya dengan varises pada tungkai dan di daerah sekitar lubang vagina. Untuk
mengurangi pembengkakan tungkai, bisa digunakan penyangga elastis atau
berbaring dengan posisi tungkai lebih tinggi (Yatim, 2005)
2.1.2 Faktor yang
Mempengaruhi Status Kesehatan Ibu Hamil
Beberapa
faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu hamil adalah :
1. Umur
Umur adalah hal yang
sangat diperhatikan dalam penyelidikan epidemiologi. Angkaangka kesakitan
maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur
dan juga biasanya semakin bertambah umur seseorang maka pengetahuan akan status
kesehatan ibu hamil akan luas (Notoatmodjo, 2003).
2. Pendidikan
Pendidikan orang tua
merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh kembang anak karena
pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan
anaknya, pendidikan dan sebagainya. Seseorang yang berpendidikan akan berbeda
tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar. Rendahnya tingkat
pendidikan seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh juga terhadap
peningkatan derajat kesehatan, oleh karena sikap masyarakat terbuka dengan
hal-hal atau motivasi baru (Notoatmodjo, 2003).
3. Psikologis
Pada peristiwa
kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan
fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian
emosi, pola berpfikir dan berperilaku yang berlanjut hingga lahir bayi. Untuk
alasan ini sehingga kehamilan harus dipandang sebagai proses panjang yang
mempunyai efek tidak hanya pada ibu tetapi juga keluarganya. Pada asuhan
kehamilan tidak hanya aspek fisik saja tetapi juga aspek psikologis atau jiwa
(Kusmiyati, 2008).
4. Pengetahuan
pengetahuan adalah
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitf merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya sikap seseorang (Notoatmodjo, 2003)
5. Gizi
Status gizi merupakan
hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor gizi sangat
berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil selama hamil serta guna
pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan antara gizi ibu hamil dengan
faktor ekonomi, sosial, atau keadaan lain yang meningkatkan kebutuhan gizi ibu
hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk juga persiapan fisik untuk masa
persalinan. Kebutuhan ibu hamil secara garis besar adalah asam folat, energi,
protein, zat besi (Fe), kalsium, pemberian supleman vitamin D terutam pada
kelompok beresiko penyakit seksual (IMS) dan dinegara dengan musim dinggin yang
panjang dan pemberian yodium pada daerah yang endemik kretinisme (Kusmiyati,
2008).
6. Aktivitas
Seorang wanita hamil boleh
mengerjakan aktivitas sehari-hari asal hal tersebut tidak memberikan gangguan
rasa tidak enak.bagi wanita pekerja ia boleh tetap masuk kantor sampai
menjelang partus. Menurut analisa profesional bahwa maksud pekerjaan atau
aktivitas bagi ibu hamil bukan hanya pekerjaan keluar rumah atau institusi
tertentu, tetapi juga pekerjaan atau aktivitas sebagai ibu rumah tangga didalam
rumah, termasuk pepkerjaan sehari-hari didalam rumah dan juga mengasuh
anak.Sering ada rekomendasi untuk mengurangi aktivitas pada ibu hamil dengan
riwayat melahirkan BBLR, namun hal itu tidak terbukti efektif.
2.1.3 Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal
Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi
kematian maternal, yang dikelompokkan berdasarkan kerangka dari McCarthy dan
Maine (1992) adalah sebagai berikut :
1. Determinan
dekat
Proses yang paling
dekat terhadap kejadian kematian maternal adalah kehamilan itu sendiri dan
komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas. Wanita yang hamil
memiliki risiko untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan maupun
persalinan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.
a. Komplikasi
Kehamilan
Komplikasi kehamilan
merupakan penyebab langsung kematian maternal.Komplikasi kehamilan yang sering
terjadi yaitu perdarahan, preeklamsia / eklamsia, dan infeksi.
-
Perdarahan
Sebab – sebab
perdarahan yang berperan penting dalam menyebabkan kematian maternal selama
kehamilan adalah perdarahan, baik yang terjadi pada usia kehamilan muda /
trimester pertama, yaitu perdarahan karena abortus (termasuk di dalamnya adalah
abortus provokatus karena kehamilan yang tidak diinginkan) dan perdarahan
karena kehamilan ektopik terganggu (KET), maupun perdarahan yang terjadi pada
kehamilan lanjut akibat perdarahan antepartum. Penyebab perdarahan antepartum
pada umumnya adalah plasenta previa dan solusio plasenta
-
Pre Eklamsia/Eklamsia
Kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi pada wanita yang sebelum kehamilannya
memiliki tekanan darah normal (normotensi) atau dapat memperberat keadaan
hipertensi yang sebelumnya telah ada.Hipertensi pada kehamilan merupakan
keadaan pada masa kehamilan yang ditandai dengan terjadinya kenaikan tekanan
darah lebih dari 140 / 90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari
30 mmHg dan atau diastolik lebih dari 15 mmHg.Hipertensi pada kehamilan yang
sering dijumpai adalah preeklamsia dan eklamsia.Preeklamsia berat dan khususnya
eklamsia merupakan keadaan gawat karena dapat mengakibatkan kematian ibu dan
janin.Preeklamsia ringan dapat mudah berubah menjadi preeklamsia berat, dan
preeklamsia berat mudah menjadi eklamsia dengan timbulnya kejang.Tanda khas
preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi, ditemukannya protein dalam urin
dan pembengkakan jaringan (edema) selama trimester kedua kehamilan. Pada
beberapa kasus, keadaan tetap ringan sepanjang kehamilan, akan tetapi pada
kasus yang lain, dengan meningkatnya tekanan darah dan jumlah protein urin,
keadaan dapat menjadi berat. Terjadi nyeri kepala, muntah, gangguan
penglihatan, dan kemudian anuria. Pada stadium akhir dan paling berat terjadi
eklamsia, pasien akan mengalami kejang. Jika preeklamsia / eklamsia tidak
ditangani secara cepat, akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian maternal
karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan
otak. Faktor predisposisi preeklamsia dan eklamsia adalah nullipara, usia ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, status ekonomi kurang, kehamilan
kembar, diabetes melitus, hipertensi kronis dan penyakit ginjal sebelumnya. Kematian
maternal akibat hipertensi pada kehamilan sering terjadi (merupakan 12% dari
seluruh penyebab kematian maternal) dan membentuk satu dari tiga trias penyebab
utama kematian maternal, yaitu perdarahan dan infeksi.Menurut perkiraan, di
seluruh dunia kurang lebih 50.000 wanita meninggal setiap tahun akibat preeklamsia.Menurut
Depkes RI tahun 2004, kematian maternal akibat hipertensi pada kehamilan
sebesar14,5% - 24%
-
Infeksi Pada Kehamilan
Infeksi pada kehamilan
adalah infeksi jalan lahir pada masa kehamilan, baik pada kehamilan muda maupun
tua. Infeksi dapat terjadi oleh sebab langsung yang berkaitan dengan kehamilan,
atau akibat infeksi lain di sekitar jalan lahir. Infeksi pada kehamilan muda
adalah infeksi jalan lahir yang terjadi pada kehamilan kurang dari 20 – 22
minggu.Penyebab yang paling sering terjadi adalah abortus yang
terinfeksi.Infeksi jalan lahir pada kehamilan tua adalah infeksi yang terjadi
pada kehamilan trimester II dan III. Infeksi jalan lahir ini dapat terjadi
akibat ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi saluran kencing, misalnya
sistitis, nefritis atau akibat penyakit sistemik, seperti malaria, demam
tifoid, hepatitis, dan lain – lain.
b. Komplikasi
Persalinan dan Nifas
Komplikasi yang timbul
pada persalinan dan masa nifas merupakan penyebab langsung kematian
maternal.Komplikasi yang terjadi menjelang persalinan, saat dan setelah
persalinan terutama adalah perdarahan, partus macet atau partus lama dan
infeksi akibat trauma pada persalinan.
-
Perdarahan
Perdarahan, terutama
perdarahan postpartum memberikan kontribusi 25% pada kematian maternal, khususnya
bila ibu menderita anemia akibat keadaan kurang gizi atau adanya infeksi
malaria.Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah anak lahir
dan jumlahnya melebihi 500 ml. Perdarahan dapat terjadi sebelum, saat atau
setelah plasenta keluar. Hal – hal yang menyebabkan perdarahan postpartum
adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari
uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta, dan kadang – kadang perdarahan
juga disebabkan oleh kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia
yang terjadi akibat solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus dan
emboli air ketuban
-
Partus Lama
Partus lama dapat
membahayakan jiwa janin dan ibu. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung
lebih dari 18 jam sejak in partu. Keadaan ini sering disebabkan oleh
disproporsi sefalopelvik (bila kepala janin tidak dapat melewati rongga pelvis)
atau pada letak tak normal (bila terjadi kesalahan letak janin untuk melewati
jalan lahir).Disproporsi lebih sering terjadi bila terdapat keadaan endemis
kurang gizi, terutama pada populasi yang masih menganut pantangan dan tradisi
yang mengatur soal makanan pada para gadis dan wanita dewasa.Keadaan ini
diperburuk lagi bila gadis–gadis menikah muda dan diharapkan untuk segera
memiliki anak, sedangkan pertumbuhan mereka belum optimal.Pada keadaan
disproporsi sefalopelvik, persalinan yang dipaksakan dapat mengakibatkan
ruptura uteri.Ruptura uteri merupakan keadaan dimana terjadi robekan pada uterus
karena sebab tertentu.Robekasn uterus akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat
disertai nyeri tekan, diikuti dengan perdarahan hebat dari pembuluh darah
uterus yang robek dan kematian dapat timbul dalam 24 jam sebagai akibat
perdarahan dan syok, atau akibat infeksi yang timbul kemudian.
-
Infeksi Nifas
Infeksi nifas merupakan
keadaan yang mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman
ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas.Kuman penyebab infeksi
dapat masuk ke dalam saluran genital dengan berbagai cara, misal melalui tangan
penolong persalinan yang tidak bersih atau penggunaan instrumen yang kotor.
Mula–mula infeksi terbatas pada uterus, dimana terdapat rasa nyeri dan nyeri
tekan pada perut bagian bawah, dengan cairan vagina yang berbau busuk. Demam,
nyeri perut yang bertambah, muntah, nyeri kepala dan kehilangan nafsu makan
menandakan terjadinya penyebaran infeksi ke tempat lain. Selanjutnya dapat
terjadi abses di tuba fallopii, panggul dan diafragma bagian bawah.Pada kasus
yang berat, infeksi dapat menyebar ke dalam aliran darah (septikemia),
menimbulkan abses dalam otak, otot dan ginjal.Jika infeksi tidak dikendalikan,
selanjutnya dapat terjadi gangguan mental dan koma.Infeksi nifas menyebabkan
morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca persalinan.
2. Determinan
Antara
a. Status
Kesehatan Ibu
Status kesehatan ibu
yang berpengaruh terhadap kejadian kematian maternal meliputi status gizi,
anemia, penyakit yang diderita ibu, dan riwayat komplikasi pada kehamilan dan
persalinan sebelumnya
b. Status
Reproduksi
Status reproduksi yang
berperan penting terhadap kejadian kematian maternal adalah usia ibu hamil,
jumlah kelahiran, jarak kehamilan dan status perkawinan ibu. Usia di bawah 20
tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan.
c. Akses
Terhadap Pelayanan Kesehatan
Hal ini meliputi antara
lain keterjangkauan lokasi tempat pelayanan kesehatan, dimana tempat pelayanan
yang lokasinya tidak strategis / sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan
berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas
pelayanan yang tersedia dan keterjangkauan terhadap informasi.
d. Perilaku
Penggunaan Fasilitas Kesehatan
Perilaku penggunaan
fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi perilaku penggunaan alat
kontrasepsi, dimana ibu yang mengikuti program keluarga berencana (KB) akan
lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber KB, perilaku
pemeriksaan antenatal, dimana ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal secara
teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya, penolong
persalinan, dimana ibu yang ditolong oleh dukun berisiko lebih besar untuk
mengalami kematian dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga
kesehatan, serta tempat persalinan, dimana persalinan yang dilakukan di rumah
akan menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat apabila
sewaktu – waktu dibutuhkan.
3. Determinan
Jauh
Meskipun determinan ini tidak
secara langsung mempengaruhi kematian maternal, akan tetapi faktor sosio
kultural, ekonomi, keagamaan dan faktor – faktor lain juga perlu
dipertimbangkan dan disatukan dalam pelaksanaan intervensi penanganan kematian
maternal. Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam keluarga
dan masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, dimana wanita yang
berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan
keluarganya, sedangkan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah,
menyebabkan kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu
hamil maupun bayinya terutama dalam hal kegawatdaruratan kehamilan dan
persalinan. Ibu – ibu terutama di daerah pedesaan atau daerah terpencil dengan
pendidikan rendah, tingkat independensinya untuk mengambil keputusanpun
rendah.Pengambilan keputusan masih berdasarkan pada budaya ‘berunding’ yang
berakibat pada keterlambatan merujuk.Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga
tentang tanda – tanda bahaya pada kehamilan mendasari pemanfaatan sistem rujukan
yang masih kurang.Juga ditemukan bahwa faktor yang berpengaruh paling penting
dalam perilaku mencari pelayanan kesehatan antenatal adalah pendidikan.Lebih
dari 90% wanita yang berpendidikan minimal sekolah dasar telah mencari
pelayanan kesehatan antenatal.
2.1.4
Upaya
Menurunkan Angka Kematian Antenatal
Intervensi
strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe
motherhood, yaitu :
1. Keluarga
berencana, yang memastikan bahwa setiap orang / pasangan memiliki akses ke
informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk
kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak
ada kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu kehamilan yang masuk dalam kategori
“4 terlalu” (terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering
hamil dan terlalu banyak anak).
2. Pelayanan
antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai.
3. Persalinan
yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan memiliki pengetahuan,
ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta
memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
4. Pelayanan
obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan
komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya
2.2
Faktor
Resiko dan Sosial yang Berkontribusi Pada Kondisi Bayi
Kematian bayi menjadi salah satu masalah
kesehatan yang besar di Dunia.Sebagian besar kematian bayi dapat dicegah,
dengan intervensi berbasis bukti yang berkualitas tinggi berupa
data.Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) kematian
bayi pada tahun 2017 adalah sebesar 24/1.000 KH dengan kematian neonatal
15/1.000.
Terjadi penurunan angka kematian bayi
(AKB) pada tahun 2017, dibandingkan AKB pada tahun 2012 yang berjumlah 32/1.000
KH dan 19/1.000 KH neonatal, dan tetap sama dengan angka kematian neonatal pada
tahun 2007 dengan angka kematian bayi 35/1.000 KH yang terdapat penurunan
dibandingkan pada tahun 2002 (kematian bayi 44/1.000 KH serta 23/1.000 kematian
neonatal). Bisa disimpukan dari data kematian bayi di Indonesia bahwa telah
terjadi penurunan angka kematian bayi, tetapi belum memenuhi standar angka
kematian bayi yang ditentukan. Kemajuan yang dicapaidalam bidang pencegahan dan
pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas
dengan menurunnya tingkat AKB. Jadi AKB merupakan tolok ukur yang sensitif dari
semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang
kesehatan.
2.2.1 Faktor yang
Mempengaruhi Kematian Bayi
Usia bayi merupakan
umur dimana anak memiliki risiko paling tinggi terjadi gangguan kesehatan, yang
bisa berakibat fatal tanpa penanganan. Berbagai upaya dilakukan untuk menangani
masalah kesehatan ini, diantaranya agar tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
yang menangani persalinan, serta menjamin tersedianya pelayanan.
2. Pemeriksaan
ANC
Pemeriksaan kehamilan
merupakan salah satu bentuk layanan kesehatan dengan tujuan mengawasi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim untuk mencegah kesakitan dan
kematian.Pelaksanaan Antenatal Care (ANC) dilakukan di puskesmas, puskesmas
pembantu, pondok bersalin desa (polindes) dan pos pelayanan terpadu (posyandu).
3. Berat
Badan Bayi
Berat badan lahir
rendah pada bayi dibagi atas : 1) Berat lahir cukup yaitu bayi dengan berat
lahir ≤ 2500 gram, 2) Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu bayi dengan berat
badan lahir antara 1500 – 2500 gram, 3) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
yaitu bayi dengan berat badan lahir 1000 – 1500 gram, 4) Bayi berat lahir amat
sangat rendah (BBLASR) yaitu bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang
dari 1000 gram.
4. Jenis
Kelamin Bayi
Jenis kelamin merupakan
salah satu yang dapat memberikan perbedaan angka kejadian pada pria dan
wanita.Karakteristik jenis kelamin mempunyai hubungan tersendiri yang cukup
erat dengan sifat keterpaparan dan kerentanan terhadap penyakit tertentu.
5. Bayi
Kembar
Kembar berisiko tinggi
kematian bayi karena mereka dilahirkan dengan berat lahir rendah.Kelahiran
kembar adalah salah satu faktor risiko kematian bayi, 6 kali lipat dibandingkan
kelahiran tunggal.Kemungkinan peningkatan angka kelahiran kembar, dan risiko
tinggi yang ditimbulkan, dapat berkontribusi negatif terhadap upaya untuk
mengurangi kematian neonatal di Indonesia.Penelitian lain jugamenunjukan kelahiran kembar juga meningkatkan
risiko kematian neonatal sebanyak delapan kali dibandingkan kelahiran tunggal.
Ukuran kecil dan ukuran besar saat lahir meningkat kemungkinan kematian
neonatal.
6. Umur
Ibu
Usia ideal seorang
wanita untuk menikah dan melahirkan adalah pada rentang umur 21 – 35 tahun. Ibu
dengan usia ideal memiliki keterampilan yang lebih dalam mengurus bayi pada
saat bayi lahir, dari pada ibu diluar usia ideal
7. Pendidikan
Ibu
Tindakan seseorang
dapat di pengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan yang berdasarkan
pendidikan.Ibu dengan pendidikan lebih tinggi melakukan pemeriksaan setelah
kehamilan, dibandingkan ibu yang tidak memiliki pendidikan.Manfaat pendidikan
pada wanita sangat banyak, dan salah satu yang utama adalah menghasilkan anak
yang lebih sehat.
8. Status
Pekerjaan Ibu
Pekerjaan lebih banyak
dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan tingkat/derajat keterpaparan
tersebut serta besarnya resiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja, sifat
sosio ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu dan situasi pekerjaan yang
membuat stress.
9. Tempat
Tinggal
Tempat tinggal dapat
menunjukan terjadinya perbandingan kejadian penyakit dalam suatu daerah
terutama pada daerah pedesaan dan perkotaan.Hal yang dapat menjadi penyebab
terjadinya perbedaan frekuensi penyakit dan kematian antara daerah pedesaan dan
perkotaan karena perbedaan kepadatan penduduk dan komposisi umur penduduk,
perbedaan pekerjaan dan kebiasaan hidup, konsep sehat dan sakit, perbedaan
lingkungan hidup dan keadaan sanitasi penduduk.
10. Indeks
Kekayaan
Indeks kekayaan suatu
rumah tangga dapat berpengaruh terhadap biaya kesehatan, dimana rumah tangga
dengan status miskin lebih rendah dalam berupaya menggunakan tenaga kesehatan saat melahirkan,
dibandingkan rumah tangga denganstatus kaya. Rumah tangga dengan indeks
kekayaan menengah-bawah dapat memenuhi kebutuhan dasar, rumah tangga menengah
dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kebutuhan pengembangan secara minimal, rumah
tangga dengan indeks kekayaan menengah-atas dapat memenuhi kebutuhan dasar,
kebutuhan social psikologis, kebutuhan pengembangan tapi belum dapat memberikan
sumbangan kepada masyarakat, rumah tangga dengan indeks kekayaan teratas, dapat
memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis tapi belum dapat memberikan
kebutuhan pengembangan, serta dapat memberikan sumbangan nyata dan
berkelanjutan untuk masyarakat, rumah tangga dengan indeks kekayaan terbawah,
dengan kondisi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan serta
pelayanan kesehatan dasar
11. Biaya
Kesehatan
Seseorang yang
mengalami kesulitan dalam biaya kesehatan menyebabkan tidak mempunyai cukup
uang untuk membeli obat dan membayar transport untuk menuju fasilitas kesehtan.
Banyak orang yang karena pertimbangan kurangnya atau tidak ada biaya kesehatan
menyebabkan mengabaikan untuk melakukan pemeriksaan dokter.
12. Akes
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan
orang dalam tingkatan sehat atau sakit.Konsep hidup sehat sampai saat ini masih
relevan untuk diterapkan.Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu preoses
yang butuh perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan
mengandung unsur kehidupan ibu maupun janin.
Kemajuan yang dicapaidalam bidang
pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin
secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Jadi AKB merupakan tolok ukur yang
sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya
di bidang kesehatan.
3.2 Saran
Agar
Bidan dan pemerintah Indonesia mampu memberikan asuhan kebidanan kepada
masyarakat demi mengurangi angka kematian pada Ibu dan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Sitanggang,
Berliana.,& Siti Saidah Nasution. (2016). Faktor-Faktor Status Kesehatan
pada Ibu Hamil, 2
Fibriana,
Arulita Ika. (2007). Faktor-Faktor
Resiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal, 25-51
Gledys
Tirsa Lengkong, Fima L.F.G Langi, Jimmy Posangi. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan kematian Bayi di Indonesia, 42-44
Lusiana
El Sinta B, SST.,M.Keb,dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, dan Balita. Sidoarjo : Indomedia
Pustaka
Sarinah
Bintang,dkk. (2018). Hubungan Kelahiran Kembar dengan Kematian Neonatal di
Indonesia., 93
0 komentar:
Posting Komentar