Bayi baru lahir normal (BBLN) adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu. ( Mitayani, 2010:1)
Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. ( Bobak, 2004 : 363-365)
Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin). Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhioleh banyak factor seperti kimiawi, mekanik dan termik yang menimbulkan perubahan metabolic, pernafasan dan sirkulasi pada BBLN.
( Mitayani, 2010:1-2)
- 2. Adaptasi BBL
- Gangguan metabolisme karbohidrat
- Gangguan umum
- Perubahan sistem pernafasan
Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernafasan lainnya. Tekanan rongga dada pada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin normal cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini.
Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula. (Budjang, 2002: 254-255)
- Perubahan system sirkulasi
- Perubahan lain
- 3. Kebutuhan Dasar BBL
- a. Penilaian Awal
Sebelum bayi lahir :
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakan bayi di atas kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut :
1) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak mengap-mengap?
2) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternative tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menagis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal.
Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas/mengap-mengap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL :
- b. Membersihkan jalan nafas
1) letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2) Gulung sepotong bayi dan letakan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur lurus sedikit kebelakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
5) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bayi bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru paru)
6) Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat.
- c. Memotong tali pusat
2) celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
3) Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi, lalu keringkan dengan handuk atau kain bersih dan kering.
4) Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dinding perut bayi. Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5) Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk yang kedua kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
6) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakan di dalam larutan klorin 0,5%.
7) Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
- d. Menjaga kehangatan
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara berikut:
1) Evaporasi, adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Ini dikarenakan setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
2) Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi, adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingi. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
4) Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda- benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tibuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi.
- e. Kontak dini dengan ibu
a) Kehangatan dan mempertahankan panas yang sesuai pada bayi baru lahir
b) Ikatan batin dan pemberian ASI.
2) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap” (dengan menunjukkan refleks rooting).
- f. Memberi Vitamin K
- g. Memberi obat tetes mata atau salep mata
- 4. Pemeriksaan Fisik BBL
- a. Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
2) Mengobservasi karakteristik bayi
3) Memperkirakan usia gestasi
4) Mengkaji perilaku bayi
5) Mengkaji integritas neuromuscular
6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
7) Merencanakan tindakan
8) Menggunakan hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya.
(Mitayani, 2010:5)
- b. Waktu pemeriksaan BBL
Table 2.22
Pemeriksaan BBL
Bayi lahir di fasilitas kesehatan | Bayi lahir di rumah |
Baru lahirSetelah IMD, pemberian vitamin K1 dan salep/tetes mata antibiotika. | Baru lahirSetelah IMD, pemberian vitamin K1 dan salep/tetes mata antibiotika |
Usia 6-12 jam | Sebelum bidan meninggalkan bayi |
Dalam 1 minggu pasca lahir, dianjurkan dalam 2-3 hari | Dalam 1 minggu pasca lahir, dalam 2-3 lahir |
Selanjutnya mengikuti buku KIA |
- c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar 33-35 cm, lingkar dada 30,5-33 cm, panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500-4500 gram.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan.
a) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C pada pengukuran diaxila.
b) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.
c) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.
d) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk di ukur secara akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/64 mmHg.
3) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to too)
Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di mulai dari:
a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkanpeningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan congenital seperti :anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
c) Mata
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmiadan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
d) Hidung atau mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.bibir dipastikan tidak adanya sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflek hisaf bayi harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji benttuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih 2,5 cm.
Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
e) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.
Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan dibagian belakang leher menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21.
f) Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan terlihat membesar.karena pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotorik, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernafas perlu diperhatikan.
g) Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas gerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dn perdarahan.
h) Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menagis, perdarahan tali pusat. Perut hrus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat beernafas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato- splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
i) Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya vrniks dan smegma (kelenjar kecil yang terletak dibawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai hymen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.
j) Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi ddengan baik dengan gerakan yang simetris. Refleks menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau komlet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada. Ekstermitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
k) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebrata.
l) Kulit
Verniks ( tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
m) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak berubah samapai dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukan imaturitas neurologis, refleks-refleks tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya refleks-refleks ini menandakan masalah neurologis yang serius.
(Mitayani,2010:5-11)
- 5. Tanda Bahaya BBL
- Sesak nafas.
- Frekwensi pernapasan 60 kali/menit.
- Gerakan retraksi di dada.
- Malas minum.
- Panas atau suhu badan bayi rendah.
- Gerakan Kurang aktif.
- Berat badan lahir rendah (1500-2500 gram)
- Tanda – tanda bayi sakit berat.
- Sulit minum
- Sianosis sentral (lidah biru)
- Perut kembung
- Periode apneu
- Merintih
- Perdarahan tali pusat
- Sangat kuning
- Berat badan Lahir < 1500 gram.
Tanda – tanda bahaya bayi baru lahir
Tanda-tanda Bahaya Yang Harus Diwaspadai Pada Bayi Baru Lahir |
© Pernapasan – sulit atau lebih dari
60 kali permenit.© Kehangatan – terlalu panas (>38 atau terlalu
dingin < 36 derajat celcius).
© Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar. © Pemberian makan – hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah. © Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. © Infeksi – suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernapasan sulit. © Tinja/kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja. © Aktivitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus. |
- 6. Imunisasi
Jenis Imunisasi
|
Manfaat
|
Waktu pemberian |
Tempat pemberian
|
Catatan |
Hepatitis B
|
Mencegah penyakit hepatitis B yang menyerang hati (liver); berakhir menjadi sirosis (hati menciut ) dan kanker hati | Diberikan pada waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6 bulan. Interval dosis minimal 4 minggu. | Disuntikan di paha |
|
Polio
|
Mencegah terkena polio (poliomyelitis)yang menyebabkan anak lumpuh (kebanyakan mengenai satu kaki tetapi bisa juga terkena kedua kakinnya). | Diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir dirumah bersalin OPV (Oral Polio Vaksin) diberikan saat bayi di pulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain) | Di teteskan di mulut. Diberikan 3 kali dalam selang waktu 6-8 minggu | Penyakit ini sangat menular dan tidak ada obatnya |
BCG
|
Mencegah penyakit TBC ( tuberkulosis) | Diberikan sejak lahir. Jika umur lebih dari 3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. BCG diberikan jika uji negatif. | Disuntikan dilengan atas | Umumnya menyerang paru-paru. Tapi pada anak-anak, penyakit ini dapat menjalar ke otak, kelenjar, tulang dan menimbulkan komplikasi. |
DPT
|
Mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus | Usia bayi 2 bulan, dengan selang waktu 4 minggu untuk DPT berikutnya | Disuntikan di paha atau di lengan | Bayi menjadi demam, gelisah, dan sedikit rewel |
Campak
|
Kekebalan terhadap campak | Usia 9 bulan. | Disuntikan dilengan. | Bayi menjadi demam. |
Tabel 2.24
Jadwal imunisasi
Jenis imunisasi | Guna | Umur Pemberian Vaksinasi | |||||||||||||
Bulan | Tahun | ||||||||||||||
LHR | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 6 | 7 | 8 | 9 | ||
BCG | Pencegahan TBC | ||||||||||||||
Hepatitis B | Hepatitis B | 0 | 1 | 2 | 3 | ||||||||||
Polio1 | polio | 1 | |||||||||||||
Polio 2 | 2 | ||||||||||||||
Polio 3 | 3 | ||||||||||||||
Polio 4 | 4 | ||||||||||||||
DPT COMBO 1 | Dipteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B | 1 | |||||||||||||
DPT COMBO 2 | 2 | ||||||||||||||
DPT COMBO 3 | 3 | ||||||||||||||
CAMPAK | Campak | 1 | 2 | ||||||||||||
DT | Dipteri dan tetanus | 1 | |||||||||||||
TT | Tetanus toxoid | 1 | 2 |
7. Diagnosa BBL
Diagnosis bayi baru lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada janin. Kegagalan untuk mendeteksi kelainan janin dapat menimbulkan masalah pada jam-jam pertama kehidupan bayi diluar rahim. Dengan mengetahuikelainan pada janin dapat membantu untuk mengambil tindakan serta memberikan asuhan keperwatan yang tepat sehingga dapat membantu bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat sejak awal kehidupannya.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR SCORE). Pertemuan SAREC di swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA Score) sesuai dengan nama tempat terjadi konsensus. Penilaian cara ini terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang essensial.
Cara menetapkan nilai SIGTUNA
Yang dinilai | 2 | 1 | 0 | Nilai |
pernafasan | teratur | Megap-megap | Tidak ada | |
Denyut jantung | >100/menit | <100 /menit | Tidak ada | |
Jumlah nilai = Nilai SIGTUNA |
Penilaian APGAR skor ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950). Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan, kemudian menit ke-5 serta menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Tanda | 0 | 1 | 2 |
Appearance | Biru, pucat tungkai biru | Badan pucat,muda | Semuanya merah |
Pulse | Tidak teraba | <100 | >100 |
Grimace | Tidak ada | Lambat | Menangis kuat |
Activity | Lemas /lumpuh | Gerakan sedikit/fleksi tungkai | Aktif/fleksi tungkai baik/ reaksi melawan |
Respiratory | Tidak ada | Lambat, tidak teratur | Baik, menangis kuat |
Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik (vigrous baby)
Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi
Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.
Pada bayi baru lahir dengan nilai Apgar 4-6 : segera lakukan resusitasi aktif asfiksia sedang. Pada bayi baru lahir dengan nilai apgar 0-3 : segera lakukan resusitasi aktif asfiksia berat.
0 komentar:
Posting Komentar