A.
Tujuan Komunikasi Informasi dan Edukasi
Komunikasi
adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran
komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI,
1984).
Menurut
Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam
rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya
hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah
pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih.
Komunikasi
kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan masyarakat , dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode
komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa
(Notoatmodjo, 2003).
Informasi
adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui
oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut
DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.
Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus
dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap
individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu
2. Membina kelestarian peserta KB
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yan dapat
menjamin berlangsungnya proses penerimaan.
4. Untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah
yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien)
secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung
jawab.
B. Jenis
– Jenis Kegiatan Dalam KIE
KIE dapat dikelompokkan menjadi 3 kegiatan :
1.
KIE massa
2.
KIE kelompok
3.
KIE perorangan
Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat
diperinci sebagai berikut :
o Radio
o Televisi
o Mobil unit penerangan
o Penerbitan/ publikasi
o Pers/ surat kabar
o Film
o Kegiatan promosi
o Pameran
(Hanafi, 2004, hal
27-28)
C. Prinsip
KIE
Prinsip yang
harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :
1. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan
ramah.
2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan
ibu ( status pendidikan, social ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya.
3. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami.
4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan
mengambil contoh dari kehidupan sehari – hari.
5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan
dan risiko yang dimiliki ibu.
D. Konseling
Keluarga Berencana
1. Pengertian Konseling
Konseling adalah proses yang
berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan
hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni
pada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang
memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan
klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada.
2. Tujuan Konseling
Tujuan dalam pemberian konseling
keluarga berencana antara lain :
a. Meningkatkan penerimaan.
Informasi yang benar, diskusi
bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan komunikasi non verbal
meningkatkan penrimaan KB oleh klien.
b. Menjamin pilihan yang cocok.
Konseling menjamin bahwa petugas
dan klien akan memilih cara yang terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien
c. Menjamin penggunaan cara yang efektif.
Konseling yang efektif diperlukan
agar klien mengetahui bagaimana menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu
tentang cara tersebut
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.
Kelangsungan pemakain cara KB akan lebih baik bila klien ikut
memilih cara tersebut,mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana
mengatasi efek sampingnya. Kelangsungan pemakainan juga lebih baik bila ia
mengetahui bahwa ia dapat berkunjung kembali seandainya ada masalah.
Kadang-kadang klien hanya ingin tahu kapan ia harus kembali untuk memperoleh
pelayanan
Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling awal pada saat menerima klien, konseling khusus tentang cara KB, dan konseling tindak lanjut.
a. Konseling Awal
Konseling awal bertujuan untuk
memutuskan metode apa yang akan dipakai, didalamnya termasuk mengenalkan pada
klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan,
prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya
itu. Bila dilakukan dengan objektif, konseling awal membantu klien untuk
memilih jenis KB yang cocok untuknya.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat konseling awal antara lain menanyakan pada klien cara
apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui mengenai cara tersebut,
menguraikan secara ringkas cara kerja, kelebihan dan kekurangannya.
b. Konseling Khusus
Konseling khusus mengenai
metoda KB memberi kesempatan pada klien
untuk mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya, mendapatkan informasi lebih rinci
tentang cara KB yang tersedia yang ingin
dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok serta mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana
menggunakan metoda tersebut dengan aman, efektif dan memuaskan.
c. Konseling Tindak Lanjut
Bila klien datang untuk
mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka penting untuk berpijak pada
konseling yang dulu. Konseling pada kunjungan ulang lebih bervariasi dari pada
konseling awal. Pemberi pelayanan perlu mengetahui apa yang harus dikerjakan
pada setiap situasi. Pemberi pelayanan harus dapat membedakan antara masalah
yang serius yang memerlukan rujukan dan masalah ynag ringan yang dapat diatasi
di tempat.
4. Langkah Konseling
a. GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier
(1987)
Gallen dan Leitenmaier
memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang
merupakan singkatan dari :
G : Greet
Berikan salam, mengenalkan
diri dan membuka komunikasi.
A : Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau
kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan
memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok
yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah
tersebut.
H : Help
Bantu pasien untuk memahami
masalah utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang
dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari
masing – masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi
dirinya.
E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih
telah diberikan atau dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera
terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang
diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau
buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan
kata kunci SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien
.Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai berikut
:
SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien
secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan
berbicara ditempat yan nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk
membangun rasa percaya diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta
jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi
tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole klien. Berikan perhatian
kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai dengan kata-kata, gerak
isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.Perlihatkan
bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien
kita dapat membantunya.
U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai
pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin, termasuk
pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang
paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh
klien.Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode
ganda.
TU : Bantu
Bantulah klien menentukan
pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang paling sesuai dengan
keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan
mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan
pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut pada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan
yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan
jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap
bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih jenis
kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/ obat kontrasepsinya.Jelaskan
bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara
penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab
secara jelas dan terbuka.Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi,
misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS).Cek
pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien
apabila dapat menjawab dengan benar.
U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan
ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan klien akan kembali untuk
melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga
selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.
Tahapan kegiatan konseling
dalam pelayanan KB dapat dirinci dalam tahapan
sebagai berikut : KIE Motivasi à Bimbingan à Rujukan à KIP/K à Pelayanan
Kontrasepsi à Tindak Lanjut ( Pengayoman)
Adapun uraian dari masing-
masing kegiatan motivasi bimbingan konseling dalam gerakan KB Nasional adalah :
a. Kegiatan KIE Keluarga Berencana
Sumber informasi pertama
tentang jenis alat / metoda kontrasepsi pada umunya diterima oleh masyarakat
dari petugas lapangan KB yaitu PPLKB, PLKB, PPKBD maupun kader yang bertugas memberikan pelayanan KIE KB kepada masyarakat dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, kegiatan
KIE di Posyandu ataupun dalam kesempatan – kesempatan lainnya. Informasi
tersebut dapat diperoleh masyarakat dari dokter atau paramedis yang bertugas di
klinik KB yang ada di Puskesmas, Balai
Kesehatan, Rumah sakit Bersalin dan Rumah Sakit Umum. Atau dari media cetak (surat kabar, majalah, poster dsb) dan media
elektronik (radio atau televisi)
Pesan yang disampaikan dalam
Kegiatan KIE tersebut pada umumnya meliputi 3 hal yaitu tentang :
2). Proses terjadinya kehamilan pada wanita
(yang penting dalam kaitannya menerangkan cara kerja alat / metode kontrasepsi)
3). Jenis alat / metode kontrasepsi yang ada , cara
pemakaian cara kerjanya serta lama pemakaiannya.
b. Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan kontrasepsi
merupakan tindak lanjut dari kegiatan KIE juga merupakan tugas para petugas
lapangan KB. Sesudah memberikan KIE
keluarga berencana PLKB diharapkan melanjutkan dengan
melakukan penyaringan terhadap calon peserta KB. Tugas penyaringan ini dilakukan dengan memberikan bimbingan kontrasepsi
yaitu memberikan informasi tentang jenis kontrasepsi secara lebih obyektif,
benar dan jujur sekaligus meneliti apakah calon peserta KB tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi
yang dipilihnya. Bila memenuhi syarat , maka calon peserta tersebut kemudian
dirujuk oleh PLKB ke fasilitas pelayanan yang
terdekat untuk memperoleh pelayanan KIP/K. Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa tugas yang dilakukan oleh pembimbing adalah merupakan bagian dari tugas
konselor. Artinya baik mutu bimbingan yang dilakukan sewaktu dilapangan akan
mempermudah proses konselingnya.
c. Kegiatan Rujukan
1). Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB dimana calon peserta dirujuk ke klinik yang terdekat dengan tempat tinggal
calon peserta dengan maksud untuk mendapatkan pelayanan konseling dan pelayanan
kontrasepsi. Atau rujukan dilakukan oleh klinik ke klinik lain yang lebih
memadai sarananya.
2). Rujukan Rujukan ke klinik untuk peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB terhadap peserta KB yang mengalami komplikasi
atau kegagalan untuk mendapatkan perawatan. Atau dapat juga dilakukan oleh
suatu klinik yang karena sasarannya belum memadai , maka peserta KB yang mengalami komplikasi dirujuk ke klinik lain yang lebih mampu.
d. Kegiatan KIP/K
Setiap pasangan suami istri
(klien) yang dirujuk oleh petugas lapangan KB ke klinik, sebelum memperoleh pelayanan kontrasepsi harus mendapatkan
pelayanan KIP/K terlebih dahulu. Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam
KIP/K adalah :
1). Menjajaki apa alasan klien memilih alat / metode
kontrasepsi tersebut.
2). Menjajaki apakah klien sudah mengetahui / memahami
alat / metode kontrasepsi yang dipilihnya tersebut.
3). Menjajaki apakah klien mengetahui jenis alat / metode
kontrasepsi lain.
4). Bila belum mengetahui, perlu diberikan informasi
mengenai hal hal diatas.
5). Berikan klien kesempatan untuk mempertimbangkan
pilihannya kembali, kontrasepsi apa yang akan dipakai.
6). Jika diperlukan bantulah klien dalam proses
pengambilan keputusan.
7). Berilah klien informasi bahwa apapun pilihannya
sebelum diberikan pelayanan klien akan diperiksa terlebih dahulu kesehatannya
sehingga belum tentu alat / metode kontrasepsi yang dipilihnya tersebut secara
medis cocok buat dirinya.
Hasil pembicaraan dengan klien diatas dicatat pada kartu konseling. Sesudah klien mengambil keputusan tentang alat / metode
kontrasepsi yang akan dipakainya.
e. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
Pemeriksaan kesehatan yang
dlakukan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila dari
hasil pemeriksaan kesehatan tidak didapati kontraindikasi, maka pelayanan
kontrasepsi dapat dilakukan.Untuk pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang Yaitu IUD, implant, dan
kontap sebelum pelayanan dimulai kepada klien diminta untuk menandatangai
informed consent form.
f. Kegiatan Tindak Lanjut ( Pengayoman
)
Selesai mendapatkan pelayanan
kontrasepsi, petugas melakukan pemantauan kepada keadaan peserta KB dan diserahkan kembali kepada petugas lapangan KB. Hal ini karena pola pendekatan para PLKB adalah dengan kunjungan ke rumah-rumah para peserta KB khususnya peserta Kb baru. Oleh karena itu tugas
kunjungan ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memantau keadaan para peserta KB baru apakah dalam keadaan sehat ataukah mengalami efek samping ataupun
komplikasi.
0 komentar:
Posting Komentar