KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala
puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta karunia-NYA kepada kita semua karena dengan izin-Nya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Topik Makalah kami adalah Meningokel dan Ensefalokel. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dimana masih terdapat kekurangan-kekurangan yang tentunya
masih diharapkan perbaikannya, oleh karena itu kami mohon kritik dan
saran dari dosen pembimbing serta teman-teman semua guna perbaikan dan
kesempurnaan isi makalah ini.
Terima
kasih kami ucapkan untuk semua pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini karena tanpa bantuan dan kerjasamanya makalah ini
tidak akan tersusun seperti ini.
Wassalam.....
Yogyakarta, Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cacat
bawaan adalah suatu kelainan/cacat yang dibawa sejak lahir baik fisik
maupun mental. Cacat bawaan dapat disebabkan akibat kejadian sebelum
kehamilan, selama kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal.
Cacat ini dapat akibat penyakit genetik, pengaruh lingkungan baik
sebelum pembuahan (bahan mutagenik) maupun setelah terjadi pembuahan
(bahan teratogenik).
Bila
cacat bawaan terutama malformasi multipel disertai dengan retardasi
mental dan kelainan rajah tangan (dermataoglifi) memberikan kecurigaan
kelainan genetik (kromosomal). Penyakit genetik adalah penyakit yang
terjadi akibat cacat bahan keturunan pada saat sebelum dan sedang
terjadi pembuahan. Penyakit genetik tidak selalu akibat pewarisan dan
diwariskan, dapat pula terjadi mutasi secara spontan yang dipengaruhi
oleh lingkungan. Penyakit infeksi dalam kandungan, pengaruh lingkungan
seperti radiasi sinar radioaktif dan kekurangan/kelebihan bahan nutrisi
juga dapat menyebabkan cacat bawaan.
Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Diantaranya
meningokel dan ensefalokel. Meningokel dan ensefalokel merupakan
kelainan bawaan di mana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala
keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang.
Meningokel
biasanya terdapat pada daerah servikal atau daerah torakal sebelah
atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam
korda spinalis ( dalam durameter tidak terdapat saraf). Operasi akan
mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan
motorik dan bayi akan menjadi normal. Ensefalokel
biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada bagian ini terdapat
kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak. Ensefalokel
akan berkaitan dengan kelainan mental yang berat meskipun sudah
dilakukan operasi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi meningokel ensefalokel
2. Untuk mengetahui etiologi meningokel ensefalokel
3. Untuk mengetahui gejala meningokel ensefalokel
4. Menangani adanya meningokel ensefalokel
BAB II
PEMBAHASAN
I. MENINGOKEL
a. Definisi
Meningokel
merupakan benjolan berbentuk kista di garis tulang belakang yang
umumnya terdapat di daerah lumbo-sakral. Lapisan meningel berupa
durameter dan arachnoid ke luar kanalis vertebralis, sedangkan medulla
spinalis masih di tempat yang normal. Benjolan ditutup dengan membrane
tipis yang semi-transparan berwarna kebiru-biruan atau ditutup sama
sekali oleh kulit yang dapat menunjukkan hipertrikhosis atau nevus. Pada
transiluminasi tidak terlihat jaringan saraf pusat di dinding benjolan.
Meningokel
adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel
adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan
teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit. Spina bifida
(sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra
gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.
Biasanya
terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong
hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis
(dalam durameter tidak terdapat saraf). Operasi akan mengoreksi
kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan motorik dan bayi
akan menjadi normal.
b. Etiologi
Penyebab
terjadinya meningokel adalah karena adanya defek pada penutupan spina
bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda
spinalis atau penutupnya, biasanya terletak di garis tengah. Risiko
melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan
asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
Penonjolan
dari korda spinalis dan meningens menyebabkan kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau gangguan fungsi
pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau dibagian
bawahnya.
Gejalanya
tergantung kepada letak anatomis dari spina bifida. Kebanyakan terjadi
di punggung bagian bawah, yaitu daerah lumbal atau sakral, karena
penutupan vertebra di bagian ini terjadi paling akhir. Kelainan bawaan
lainnya yang juga ditemukan pada penderita spina bifida: hidrosefalus,
siringomielia, serta dislokasi pinggul.
c. Gejala
Gejalanya
bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis
dan akar sarf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau
tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah
yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar sarf yang terkena.
Terdapat tiga jenis spina bifida, yaitu :
1) Spina
bifida okulta, merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau
beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis
dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
2) Meningokel,
yaitu meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba
sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
3) Mielokel,
merupakan jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis
menonjol dan kulit di atasnya tampak kasar dan merah.
Gejala
dari spina bifida umumnya berupa penonjolan seperti kantung di punggung
tengah sampai bawah pada bayi baru lahir, jika disinari, kantung
tersebut tidak tembus cahaya, kelumpuhan/kelemahan
pada pinggul, tungkai atau kaki, penurunan sensasi, inkontinensia uri
(besar) maupun inkontinensia tinja, korda spinalis yang terkena rentan
terhadap infeksi (meningitis). Gejala pada spina bifida okulta, adalah
seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang), lekukan
pada daerah sakrum.
d. Diagnosis
Diagnosis spina bifida, termasuk meningokel
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada
trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut
triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida,
sindrom down, dan kelainan bawaan lainnya.
Sebanyak 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina
bifida, akan memiliki kadar serum alfa petoprotein yang tinggi. Tes ini
memiliki angka positif yang palsu tinggi, karena itu jika hasilnya
positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida. Kadang-kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan rontgen
tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kalainan, pemeriksaan
USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis
maupun vertebra, serta pemeriksaan CT-scan atau MRI tulang belakang
kadang-kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
II. ENSEPHALOKEL
a. Definisi
Ensephalokel
adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya
penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti
kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak serta ditutupi kulit.
Terbanyak di daerah oksipital.
Ensefalokel
terjadi akibat kegagalan menutupnya pembuluh saraf selama perkembangan
janin di awal kehamilan. Akibatnya, terbentuk celah yang dapat terjadi
di sepanjang garis tengah kepala. Bisa di belakang kepala, puncak
kepala, atau di antara dahi dan hidung. Melalui celah inilah, sebagian
struktur otak dan selaput otak keluar. Akibat kelainan ini: kelumpuhan
anggota gerak, keterlambatan perkembangan, retardasi mental, dan kejang
berulang.
b. Etiologi
Ada
beberapa dugaan penyebab penyakit itu diantaranya, infeksi, faktor usia
ibu yang tertalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, serta pola
makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam folat. Langkah selanjutnya, sebelun hamil, ibu sangat disarankan mengonsumsi asam folat dalam jumlah cukup.
Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. Kegagalan
penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang
kranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama
kehamilan, adanya infeksi pada saat kehamilan terutama infeksi TORCH,
mutasi gen (terpapar bahan radiologi), obat–obatan yang mengandung bahan
yang terotegenik.
Ensefalokel dapat juga disebabkan
oleh defek tulang kepala, biasanya terjadi dibagian occipitalis, kadang
– kadang juga dibagian nasal, frontal, atau parietal.
c. Gejala
Gejala
dari ensefalokel, antara lain berupa hidrosefalus, kelumpuahn keempat
anggota gerak (kuadriplegia spastik), gangguan perkembangan,
mikrosefalus, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental dan
pertumbuhan, ataksia, serta kejang. Beberapa anak memiliki kecerdasan
yang normal. Ensefalokel sering kali disertai denga kelainan
kraniofasial atau kelainan otak lainnya.
d. Pencegahan
Bagi
ibu yang berencana hamil, ada baiknya mempersiapkan jauh jauh hari.
Misalnya, mengonsumsi makanan bergizi serta menambah supfemen yang
mengandung asam folat. Hal
itu dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa
menyerang bayi_ Salah satunya, encephalocele atau ensefalokel. Biasanya
dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke
dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan
kraniofasial yang terjadi. Untuk hidrosefalus mungkin perlu dibuat suatu
shunt. pengobatan lainnya bersifat, simtomatis dan suportif.
Prognosisnya tergantung kepada jaringan otak yang terkena, lokasi
kantung dan kelainan otak yang menyertainya.
Sumber asam folat banyak didapatkan dari:
- Sayuran seperti bayam, asparagus, brokoli, lobak hijau, selada romaine, kecambah.
- Kacang segar atau kering, kacang polong, gandum, biji bunga matahari. Produk biji-bijian yang diperkaya (pasta, sereal, roti)
- Buah-buahan seperti: jeruk, tomat, nanas, melon , jeruk bali, pisang, strawberry, alpukat, pisang
- Susu dan produk susu seperti keju yoghurt.
- Hati
- Putih Telur.
III. PENGOBATAN
Tujuan dari pengobatan awal spina bifida, termasuk meningokel,dan ensefalokel
adalah mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifina, meminimalkan
komplikasi (misalnya infeksi), serta membantu keluarga dalam menghadapi
kelainan ini. Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk
dan untuk mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih
serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap
terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah
meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan
antibiotik. Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan
penekanan lembut diatas
kandung kemih. Pada kasus yang berat kadang harus dilakukan pemasangan
kateter. Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa
membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan
kerangka tubuh) perlu campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun
terapi fisik. Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan
luasnya gangguan fungsi yang terjadi. Kadang-kadang pembedahan shunting
untuk memperbaiki hidrosefalus akan menyebabkan berkurangnya
mielomeningokel secara spontan.
IV. PENCEGAHAN
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan
mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus
dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi
sangat dini.
Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan
untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat
pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
V. PENATALAKSANAAN
1) Sebelum dioperasi, bayi dimasukkan ke dalam inkubator dengan kondisi tanpa baju.
- Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk mencegah infeksi.
- Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah, ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan informed consent dan informed choice pada keluarga.
Lakukan
pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus
(dengan mengukur lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan
pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau
minum, mudah terangsang , kejang, dan ubun-ubun besar menonjol). Selain
itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, clbbed
feet, retensi urine, dan kerusakan kulit akibat iritasi urine dan feses.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kelainan bawaan pada bayi berupa meningokel dan ensefalokel. Meningokel biasanya
terdapat pada daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas.
Sedangkan ensefalokel biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada
bagian ini terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian
otak. Ensefalokel akan berkaitan dengan kelainan mental yang berat
meskipun sudah dilakukan operasi.
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu harapan penulis kepada pembaca semua agar bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Medikaprawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Nur Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Http://Atikahellena.Blogspot.Com/2012/03/Makalah-Meningokel-Ensefalokel.Html
0 komentar:
Posting Komentar