1.
SOR ( Source Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas
disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien
mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat
instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, serta lembaran
catatan perawat/bidan untuk mencatat tindakan atau asuhan yang diberikan.
Catatan berorientasi pada sumber terdiri
dari lima komponen yaitu :
· Lembar
biodata pasien
· Lembar
order dokter
· Lembar
riwayat medik/penyakit
· Catatan
perawat/bidan
· Catatan
dan laporan kasus
Keuntungan
dan kerugian penggunaan SOR
Keuntungan
o
Menyajikan data yang secara berurutan
dan mudah diidentifikasi
o
Memudahkan perawat/bidan untuk secara
bebas mengetahui bagaimana informasi yang akan dicatat
o
Format dapat menyederhanakan proses
pencatatan masalah kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil
Kerugian
o
Potensial terjadinya pengumpulan data
yang terfragmentasi, karena tidak berdasarkan urutan waktu
o
Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk
mencari data sebelumnya tanpa harus mengulangi pada awal
o
Superficial pencatatan tanpa data yang
jelas
o
Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukkan
masalah dan tindakan yang akan dilakukan pada klien
o
Memerlukan waktu yang banyak dalam
memberikan asuhan
o
Data yang berurutan mungkin menyulitkan
dalam interpretasi/analisa
o
Perkembangan klien sulit dimonitor
Berikut ini contoh pendokumentasian dengan metode
Source Oriented Record (SOR).
Tabel 1 : Format pendokumentasian SOR
Tanggal
|
Waktu
|
Sumber
|
Catatan Perkembangan
|
Tgl/Bln/Thn
|
Waktu
|
Bidan
|
Catatan ini meliputi : Pengkajian,
identifikasi masalah, tindakan segera, rencana tindakan, penyelesaian
masalah, evaluasi, hasil.
Bidan
Nama dan tanda tangan
|
Dokter
|
Catatan meliputi : observasi keadaan
pasien, evaluasi kemajuan pasien, identifikasi masalah baru dan
penyelesaiannya, rencana tindakan dan pengobatan terbaru.
Dokter
Nama dan tanda tangan
|
||
Perawat
|
Catatatan meliputi : pengkajian,
identifikasi masalah, perlunya rencana
tindakan/menentukan kebutuhan segera, intervensi, penyelesaian masalah,
evaluasi tindakan dan hasil.
Perawat
Nama dan tanda tangan
|
Sumber
: Wildan, M., Hidayat, A. Dokumentasi Kebidanan, 2008, Hal 21.
2.
POR
Model ini memusatkan
data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem
dokumentasi ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan
oleh dokter, perawat, bidan atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
pemberian pelayanan kepada klien.
Model dokumentasi ini
terdiri dari empat komponen yaitu :
· Data
dasar
· Daftar
masalah
· Evaluasi
dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat
· Daftar
awal rencana asuhan
· Catatan
perkembangan
Keuntungan
dan kerugian POR
Keuntungan
o Lebih
menekankan pada masalah klien
o Pencatatan
tentang kontinuitas dari asuhan. Data disusun berdasarkan masalah yang spesifik
o Daftar
masalah yang akan membamtu mengingatkan petugas untuk perhatian
o Daftar
yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan
Kerugian
o Penekanan
hanya pada masalah, penyakit dan ketidakmampuan sehingga mendekatkan pada
pengobatan
o Kemungkinan
adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan timbul masalah baru
o SOAPIER
dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu
o Pencatatan
yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatannya jika flow sheet untuk
pencatatan tidak tersedia.
Berikut
ini contoh format model dokumentasi dengan menggunakan metode Problem Oriented
Record (POR).
Tabel 2 : Format pendokumentasian POR
Data Dasar
|
Daftar Masalah
|
Rencana Tindakan
|
Catatan Perkembangan
|
Data Subjektif :
…………………
…………………
…………………
Data Objektif :
………………....
…………………
…………………
|
S :
O :
A :
P :
|
Sumber
: Wildan, M., Hidayat, A. Dokumentasi Kebidanan, 2008, Hal 20.
3.
CBE (Charting By Exception)
Adalah sistim dokumentasi yang hanya
mencatat secara naratif dari hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan
normal atau standar.
Keuntungan dan kerugian CBE.
Keuntungan
o
Mengurangi penggunaan waktu untuk
mencatat sehingga banyak waktu yang digunakan untuk melaksanakan asuhan
o
Tersusunnya standar minimal untuk
pengkajian dan intervensi
o
Data yang tidak normal nampak jelas
o
Data yang normal secara mudah dapat ditandai
dan dipahami
o
Data normal atau respon diharapkan tidak
menggangu informasi lain
o
Menghemat waktu karena catatan rutin dan
observasi tidak perlu dilakukan
o
Pencatatan duplikat dapat dikurangi
o
Data klien dicatat pada format klien
secepatnya
o
Informasi terbaru dapat diletakkan pada
tempat tidur klien
o
Jumlah halaman lebih sedikit digunakan
dalam dokumentasi
o
Rencana tindakan disimpan sebagai
catatan yang permanen
Kerugian
o
Pencatatan secara narasi sangat singkat
tergantung dari cheklist
o
Kemungkinan adanya pencatatan yang masih
kosong
o
Pencatatan rutin sering diabaikan
o
Adanya pencatatan kejadian yang tidak
semuanya didokumentasikan
4.
PIE
PIE adalah singkatan dari Problem
Intevention and Evaluation
Keuntungan dan kerugian PIE
Keuntungan
o
Rencana tindakan dan catatan
perkembangan dapat dihubungkan
o
Memungkinkan pemberian asuhan yang
kontinue karena secara jelas
o
Perkembangan klien mulai dari masuk
sampai pulang dapat dengan mudah digambarkan
o
Dapat diadaptasi untuk catatan yang
otomatis
Kerugian
o
Tidak dapat digunakan untuk pencatatan
semua disiplin ilmu
o
Pembatasan rencana tindakan yang tidak
diaplikasikan untuk beberapa situasi keperawatan/kebidanan
5.
Manajemen Varney
Merupakan metode
pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dalam proses
penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut Varney ada 7 langkah, meliputi :
Langkah
I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama
ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjtnya, sehingga dalam pendekatan ini harus
yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya.
Langkah
II : Interpretasi Data Dasar
Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah
yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefenisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian.
Langkah
III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini bidan
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila masalah
potensial benar-benar terjadi.
Langkah
IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera dan Kolaborasi
Mengantisipasi perlunya
tindakan segera oleh bidan dan/dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain.
Langkah
V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah klien, tapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan
perlu konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
Langkah
VI : Melaksanakan Asuhan
Pada langkah ini
rencana asuhan yang komperhensif yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara
efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lain.
Langkah
VII : Evaluasi
Melakukan evaluasi
hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa/masalah.
6.
Metode SOAP
SOAP merupakan
singkatan dari :
S : Subjektif
Ø Menggambarkan
pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa
Ø Tanda
gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien, suami atau
keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat pekawinan, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riawayat
penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup)
Ø Catatan
ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran
dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan
dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data belakang “ S “ diberi
tanda “ O “ atau “ X “ ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan
diagnosa yng dibuat.
O
: Objektif
Ø Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment.
Ø Tanda
gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan ( keadaan umum, Vital
sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang,
pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Ø Data
ini mmemberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi, informasi kajian teknologi (hasil
laboratorium, sinar-X, rekaman CTG, dan lain-lain) serta informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang
akan ditegakkan.
A
: Assesment
Ø Masalah
atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun
objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan klien terus berubah
dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, maka proses
pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu
yang penting dalam mengikuti perkembangan klien.
Ø Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi :
a) Diagnosa/masalah
· Diagnosa
adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien : hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh.
· Masalah
adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu.
b) Antisipasi
masalah lain/diagnosa potensial
P
: Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment. Untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam “ P “
Perencanaan
Membuat
rencana tinadakan saat itu atau yang akan dating. Untuk mengusahakan
tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin. Proses ini termasuk kriteria
tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu
tertentu, tindakan yang diambil harus membantu mencapai kemajuan dalam
kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
Implementasi
Pelaksaan
rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini
harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan klien. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus
berubah atau disesuaikan.
Evaluasi
Tafsiran
dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai
keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi
fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,
proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga mencapai tujuan.
B.
Prinsip
Dokumentasi
Ditinjau dari isi
ü Mempunyai
nilai administrasi
ü Mempunyai
nilai hukum
ü Mempunyai
nilai ekonomi
ü Mempunyai
nilai edukasi
ü Mempunyai
nilai dokumentasi
ü Mempunyai
nilai penelitian
Ditinjau dari teknik pencatatan
ü Mencantumkan
nama pasien pada setiap lembaran catatan.
ü Menulis
dengan tinta(idealnya hitam).
ü Menulis
mengunakan singkatan dan symbol yang telah disepakati oleh institusi untuk mempercepat proses
pencatatan.
ü Menulis
catatan selalu mencantumkan tanggal dan jam tindakan atau observasi yang
dilakukan dengan kenyataan dan bukan interpretasi.
ü Hindarkan
kata kata yang mempunyai unsur penilaian, misalnya: tampaknya, rupanya, dan
kata kata yang bersifat umum.
ü Tuliskan
nama jelas pada setiap pesanan pada catatan observasi dan pemeriksaan oleh
orang yang melakukan.
ü Hasil
temuan digambarkan secara jelas termasuk keadaan, tanda gejala, warna, jumlah
dan besar ukuran yang lazim di pakai.
ü Interpretasi
data objektif harus didukung oleh observasi.
ü Kolom
jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang perlu ditulis.
ü Catatan
harus disertai paraf/tanda tangan disampingnya.
Prinsip dokumentasi menurut Carpenito (1991) :
1.
Keakuratan data
2.
Brevity (ringkas)
3.
Legibility (mudah dibaca)
C.
Aspek Legal Dokumentasi
Panduan legal sebagai
petunjuk cara mendokumentasikan dengan benar, adalah sbb :
1.
Jangan menghapus menggunakan tipe-x atau mencoret tulisan yang salah ketika
mencatat, karena gambaran akan merusak catatan. Yang benar adalah dengan
membuat satu garis pada tulisan yang salah lalu diparaf, kemudian tulis catatan
yang benar.
2. Jangan menulis komentar yang bersifat
mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain, karena pernyataan tersebut
dapat digunakan sebagai bukti perilaku yang tidak professional atau asuhan yang
tidak bermutu. Tulislah hanya uraian objektif tentang perilaku klien dan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
3. Koreksi semua kesalahan sesegera
mungkin karena kesalahan menulis dapat diikuti dengan kesalahan tindakan. Jadi
jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan informasi akurat.
4. Catat
hanya fakta, catatan harus akurat dan dapat dipercaya, pastikan apa yang
ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan saja.
5.
Jangan biarkan bagian yang kosong pada
catatatn bidan, karena orang lain dapat menambahkan informasi yang tidak benar
pada bagian yang kosong tersebut.
6.
Semua catatan harus dapat dibaca,
ditulis dengan tinta. Bila tulisan sulit dibaca akan timbul suatu kesalahan
penafsiran dan dapat dituntut secara hukum. Bila ditulis dengan pensil, tulisan
dapat dihapus atau diganti, maka sebaiknya dengan tinta.
7.
Jika ada instruksi atau pesan
dokter/tim, sebelum dilakukan tindakan diklarifikasi dulu, catat tentang
hasilnya.
8.
Tulis untuk diri sendiri bukan orang
lain.
9.
Hindari penggunaan tulisan yang bersifat
umum, tulisan harus lengkap, singkat dan padat.
10.
Membuat dokumentasi yang dimulai dengan
waktu dan diakhiri dengan tanda tangan, nama jelas maupun gelar akademik yang
ada.
I.
Rangkuman
Setiap tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien harus mendokumentasikan
kegiatan yang dilakukannya dan hasilnya. Dokumentasi sangat diperlukan karena
dapat digunakan sebagai bahan untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang
dilakukan, juga bila terjadi gugatan hukum, maka dokumentasi dapat membantu.
Bidan sebagai tenaga
kesehatan wajib mencatat dan melaporkan kegiatan yang dokumennya harus
tersimpan dengan baik. Pencatatan yang dilakukan oleh bidan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan meliputi seluruh tahapan dalam proses manajemen kebidanan.
Pencatatan tersebut berisikan kegiatan-kegiatan yang secara berurutan mengikuti
proses manajemen kebidanan.
II. Penutup
Tes formatif
1. Sebutkan
model-model dokumentasi kebidanan!
2. Jelaskan
langkah-langkah dalam manajemen Varney!
3. Jelaskan
komponen-komponen SOAP!
4. Sebutkan
prinsip pendokumentasian!
5. Sebutkan
lima aspek legal dalam pendokumentasian!
Jawaban
1. Model-model
dokumentasi kebidanan antara lain
1) Model
dokumentasi SOR (Source Oriented Record)
2) POR
(Problem Oriented Record)
3) CBE
(Charting by Exception)
4) PIE
(Problem Intervention Evaluation)
5) Model
dokumentasi menurut Varney
6) Metode
SOAP
2. Langkah-langkah
dalam pendokumentasian menurut Varney antara lain yaitu :
1) Pengumpulan
data dasar
Pengumpulan
semua informasi yang berkaitan dengan kondisi klien, data dapat diperoleh
melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan
khusus, dan pemeriksaan penunjang. Pengumpulan data harus secara komprehensif
meliputi subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
kondisi klien.
2) Interpretasi
data dasar
Data dasar yang
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa atau masalah
yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah digunakan karena masalah tidak
dapat didefenisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
3) Identifikasi
diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial berdasarkan diagnosa dan masalah aktual yang
telah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan kesiapan bidan untuk mencegah diagnosa dan
masalah potensial.
4) Identifikasi
kebutuhan tindakan segera dan kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan dan konsultasi/kolaborasi dengan dokter untuk penanganan
kondisi klien sesuai kebutuhan.
5) Rencana
asuhan
Rencana asuhan tidak hanya meliputi apa
yang telah teridentifikasi dari kondisi klien, tapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap kondisi klien tersebut apakah membutuhkan konseling,
penyuluhan atau perlu tindakan rujukan atas masalah yang berkaitan dengan
kondisi klien.
6) Melaksanakan
asuhan
Rencana asuhan yang
telah ditetapkan dapat diimplementasikan secara komprehensif oleh bidan atau
dokter atau tim kesehatan lain.
7) Evaluasi
Melakukan evaluasi
hasil untuk menilai keefektifan asuhan yang telah diberikan yang meliputi
pemenuhan kebutuhan apakah telah terpenuhi sesuai diagnosa/masalah.
3. Komponen-komponen
dalam Metode SOAP yaitu :
S : Subjektif
Pengumpulan data yang
diperoleh melalui anamnesa pada klien, suami atau keluarga meliputi identitas
umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat penyakit, riwayat psikososial dan pola
hidup.
O : Objektif
Pengumpulan data yang
diperoleh melalui hasil analisa dan pemeriksaan fisik pada klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain. Yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
meliputi vital sign, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam, inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi serta pemeriksaan penunjang. Data yang diperoleh memberi
bukti gejala klinis dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
·
Diagnosa/masalah :
- Diagnosa merupakan rumusan dari hasil
pengkajian mengenai kondisi klien
- Masalah adalah segala
sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu
·
Antisipasi masalah potensial
P : Menggambarkan
pendokumentasian dari perencanaan, implementasi dan evaluasi berdasarkan
assement.
Planning
Membuat rencana
tindakan saat itu atau yang akan datang, untuk mencapai kondisi klien yang
sebaik mungkin. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan
klien yang harus dicapai dalam waktu tertentu, tindakan yang diambil harus
membantu mencapai kemajuan dalam kesehatan klien dan harus sesuai dengan
instruksi dokter.
Implementasi
Pelaksanaan rencana
tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi masalah klien. Bila kondisi klien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
Evaluasi
Penilaian akan
keefektitan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi
fokus dari ketepatan penilaian. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, maka
proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga mencapai tujuan.
4. Prinsip-prinsip
dokumentasi antara lain :
1) Ditinjau
dari isi
·
Mempunyai nilai administrasi
·
Mempunyai nilai hukum
·
Mempunyai nilai ekonomi
·
Mempunyai nilai edukasi
·
Mempunyai nilai dokumentasi
·
Mempunyai nilai penelitian
2) Ditinjau
dari teknik pencatatan
·
Mencantumkan nama pasien pada setiap
lembaran catatan
·
Menulis dengan tinta (idealnya hitam)
·
Menulis menggunakan singkatan dan symbol
yang telah disepakati bersama oleh institusi
·
Menulis catatan selalu mencantumkan
tanggal dan jam tindakan atau observasi
·
Hindari
kata-kata yang mempunyai unsur penilaian
·
Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan
pada catatan observasi dan pemeriksaan
·
Hasil temuan digambarkan secara jelas
termasuk keadaan, tanda gejala, warna, jumlah dan besar ukuran yang lazim
dipakai
·
Interpretasi data objektif harus
didukung oleh observasi
·
Kolom jangan dibiarkan kosong, beri
tanda bila tidak ada yang perlu ditulis
·
Catatan harus disertai paraf
disampingnya
5. Lima
aspek legal dalam pendokumentasian antara lain :
1) Jangan
menghapus menggunakan Tipe-X atau mencoret tulisan yang salah ketika mencatat,
karena gambaran akan merusak catatan. Yang benar adalah dengan membuat satu
garis pada tulisan yang salah lalu diparaf, kemudian tulis catatan yang benar.
2) Jangan
menulis komentar yang bersifat mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang
lain. Tulis hanya uraian objektif tentang perilaku klien dan tindakan yang
dilakukan tenaga kesehatan lain.
3) Koreksi
semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis dapat diikuti
kesalahan tindakan
4) Catat
hanya fakta, catatan harus akurat dan dapat dipercaya. Pastikan yang dicatat
adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan saja.
5) Jangan
biarkan catatan yang kosong pada catatatan bidan, karena orang lain dapat
menambahkan informasi yang tidak benar pada catatan yang kosong tersebut.
REFERENSI
1.
Madjid, Nur Ainy. (2007) Pendokumentasian Asuhan Kebidanan. Vol.
X (01),
Hal 37-38.
2.
Mustika, Sofyan. (2006) 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan
Menyongsong Masa Depan.
Cetakan Ke-VIIII, PP IBI, Jakarta. Hal 105-106.
3. Lawintono,
Laurensia. (2000) Dokumentasi Kebidanan,
St Carolus, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar