BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan.
Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan
balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan
gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang
tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labioskizis,
labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris,
omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel,
hidrosefalus, fimosis, dan hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan di
jelaskan lebih jauh disini adalah labioskizis dan labiopalatoskizis.
Labio
/ Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada
struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167). Bibir sumbing adalah malformasi yang
disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu
selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003. Palatoskisis adalah
fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk
menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003).
Atresiaesofagus termaksud kelompok
kelainan congenital terdiri dari gangguan kontinuitas esophagus dengan atau
tanpahubungan persistendengan trakea. Pada penyakit ini, terdapat suatu keadaan
dimna bagian proksimal dan distal esophagus tidak berhubungan. Pada bagian
esophagus mengalami dilatasi yang kemudian berakhir berakhir kantung dengan
dinding maskuler yang mengalami hipertofi yang khas yang memanjang sampai pada
tingkat vertebra torakal sagmen 2-4. Bagian distal esophagus merupakan bagian
yang mengalami atresia dengan diameter yang kecil dan dinding maskuler dan
tipis. Bagian ini meluas sampi bagian atas diagfragma 1,2,3,4,5,6 sekitar 50 %
bayi dengan atresia esophagus juga mengalami beberapa anomali terkait.
Malformasi , kardiofaskuler, malformasi rangka termaksud hemivertebra dan
perkembanga abnormal radius serta malformasi ginjal dan urogenital sering
terjadi, semua kelainan ini disebut sidrom vecterl.
Atresia ani atau anus imperforata
disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu kelainan kongenital tanpa
anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan
Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit
tersering yang merupakan syndrom VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal,
Renal, Limb).
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
b.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui pengertian labioskizis dan
labiospalatokizis.
2.
Mengetahui
penatalaksanaan labioskizis dan labiospalatokizis.
3.
Untuk mengetahui pengertian dari atresia esophagus.
4.
Untuk mengetahui tanda gejala atresia esophagus.
5.
Untuk mengetahui penatalaksanaan atresia esophagus.
6.
Untuk mengetahui apa itu atresia ani
7.
Untuk mengetahui tanda dan gejala atresia ani
8.
Untuk mengetahui pelaksanaan atresia ani
9.
Untuk mengetahui defenisi Hirschprung
10. Untuk mengetahui tanda dan gela hirschprung
11. Untuk
mengetahui pelaksanaan hirschprung
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Definisi
Labioskizis/Labiopalatoskizis
yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping mukaserta
langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
Atresia esofagus adalah malpormasi
yang disebabkan oleh kegagalan esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu : esophagus
mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakea (
fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk
membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan
embrionik adapun pengertian lain yaitubila sebua segmen esoofagus mengalami
gangguan dalam pertumbuhan nya( congenital) dan tetap sebaga bagian tipis
tanpa lubang saluran.
Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus . Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung congenital. Untuk alas an yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima.
Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus . Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung congenital. Untuk alas an yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima.
Atresia
ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat
kehamilan.
b.
Etiologi
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut antara
lain , yaitu :
1. Faktor Genetik atau keturunan Dimana material
genetic dalam kromosom yang mempengaruhi/. Dimana dapat terjadi karena adanya
mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46
kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22 ) dan
1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada
penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3
untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total
kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain
menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan
frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin
C pada waktu hamil, kekuranganasam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin
contohnya seperti infeksi Rubella dan
Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan
kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan
alkohol, terapi penitonin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetic.
8. Diplasia ektodermal
Etiologi atresia esophagus merupakan
multifaktorial dan masih belum diketahui dengan jelas. Atresia
esophagus merupakan suatu kelainan bawaan pada saluran pencernaan. Terdapat
beberapa jenis atresia, tetapi yang sering ditemukan adalah kerongkongan yang
buntu dan tidak tersambung dengan kerongkongan bagian bawah serta lambung.
Atresia esophagus dan fistula ditemukan pada 2-3 dari 10.000 bayi.
Hingga saat ini, teratogen penyebab
kelainan ini masih belum diketahui. Terdapat laporan yang menghubungkan atresia
esophagus dalam keluarga.juga dihubunterdapat 2% resiko apabila saudara telah
terkena kelainan ini. Kelainan ini juga dihubungkan dengan trisomi 21, 13,
18. Angka kejadian pada anak kembar dinyatakan 6x lebih banyak dibanding
bukan kembar.
Atresia dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
c.
Patofisiologi
Cacat
terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya
mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses
nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Labioskizis terjadi akibat fusi
atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti
disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi
septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar
kehamilanke-7 sampai 12 minggu.
Motilitas dari esophagus selalu
dipengaruhi pada atresia esophagus. Gangguan peristaltic esophagus biasanya
paling sering dialami pada bagian esophagus distal. Janin dengan atresia tidak
dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esophagus
dengan fistula trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk melaalui trakea
kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari sirkulasi
amnion pada janin.
Neonates dengan atresia tidak dapat
menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali air liur atau saliva.
Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada
atresia dengan distal TEF, sekresi dengan gaster dapat masuk keparu-paru dan
sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk dalam saluran pencernaan saat bayi
menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa
menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal. Diketahui bahwa bagian esophagus
distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini bisa menyebabkan disfagia setelah
perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan reflux gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat
gangguan terbentuknya atresia esophagus. Trakea abnormal, terdiri dari
berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran otot tranversal pada
posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk
batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa berulang-ulang.
Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana atupun air susu dan ini akan
menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi
apneu.
Atresia ani atau anus imperforate dapat
disebabkan karena :
1. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
1. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
Terdapat tiga macam letak:
1. Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2. Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
3. Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
1. Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2. Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
3. Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
d. Klasifikasi
Labioskizis
dan palatokizis
1. Berdasarkan organ yang terlibat
A. Celah di bibir (labioskizis)
B. Celah di gusi (gnatoskizis)
C. Celah di langit (palatoskizis)
D. Celah
dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah
terbentuk Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang
ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah
a) Unilateral Incomplete.Jika celah sumbing terjadi hanya
disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
b) Unilateral Complete.Jika celah sumbing yang terjadi
hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c) Bilateral Complete.Jika celah sumbing terjadi di kedua
sisi bibir dan memanjanghingga ke hidung.
Pada Esofagus
a) Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah
esophagus yang tidak dapat menutup secara baik, sehingga menyebabkan
regurgitasi, terutama kalau bayi dibaringkan. Pertolongan : memberi makanan dalam posisi
tegak, yaitu duduk dalam kursi khusus.
Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah
esophagus (pada persambungan dengan lambung yang tidak dapat menutup rapat
sehingga bayi sering regurgitasi bila dibaringkan.
b) Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu
bagian akhir esophagus tidak membuka secara baik, sehingga keadaan
seperti stenosis atau atresia. Disebut pula spasmus cardio-oesophagus. Sebabnya : karena terdapat cartilage trachea
yang tumbuh ektopik dalam esophagus bagian bawah, berbentuk tulang rawan
yang ditemukan secara mikroskopik dalam lapisan otot.(2)(3)
c) Classification
System Gross
Atresia esophagus disertai dengan
fistula trakeoesofageal distal adalah tipe yang paling sering terjadi. Varisi
anatomi dari atresia esophagus menggunakan system klasifikasi gross of bostom
yang sudah popular digunakan.
Klasifikasi
atresia ani :
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
e. Gejala dan tanda
· Pada labio Skisis:
1. Distorsi pada hidung
2. Tampak sebagian atau keduanya
3.
Adanya celah pada bibir
· Pada palato skisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan
keras dan atau foramen incisive.
2. Adanya rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung.
4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat
diperiksa dengan jari.
5.
Kesukaran dalam menghisap atau makan
f.
Diagnosis
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing
pada bayi setelah lahir mudah karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik
yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini
tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya dengan
menggunakaan USG.
g.
Penatalaksanaan
Penanganan
untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukansetelah
bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi
oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga
untuk melakukanoperasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh ( rules of Ten)
yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10
minggu dan kadar leukositminimal 10.000/ui.
1.
Perawatan
a.
Menyusu ibu
Menyusu
adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir sumbing tidak menghambat
pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan payudara untuk
mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan
susu dan memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi,
karena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
b.
Menggunakan alat khusus
· Dot domba Karena udara bocor disekitar sumbing
dan makanan dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi
makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot domba
(dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa
dengan lubang besar.
· Botol peras Dengan memeras botol, maka susu dapat
didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat dihisap bayi.
· Ortodonsi Pemberian plat/ dibuat okulator untuk
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan
sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive .
c. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena
cenderung untuk menelan banyak udara.
d. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur,
kadang-kadang luka terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung.
e. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi
menolak menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk
memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut untuk sembuh.
f. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah
sumbing dengan alat berujung kapas yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida
setengah kuat atau air.
2.
Pengobatan
a)
Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk
memperbaiki keainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut
bervariasi.
b)
Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg,
Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui .
c)
Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup
langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak
mampu bicara lengkap seingga pusat bicara otak belum membentuk cara bicara.
Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada celah
alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi
dikanan dan kiri celah supaya normal.
d)
Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan
setelah pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai.
e)
Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak
memiliki kerusakan horseshoe yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti
balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi menutupi nasofaring
dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f)
Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara,
karena langit-langit sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan
struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaik, dapat mempengaruhi pola
bicara secara permanen.
ü Perinsip perawatan secara umum;
1.
Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso
Gastric Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.
2.
Umur 1 minggu: pembuatan feeding plate untuk
membantu menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot
khusus.
3.
Umur 3 bulan: labioplasty atau tindakan operasi untuk
bibir, alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telingga.
4.
Umur 18 bulan - 2 tahun: palathoplasty; tindakan
operasi langit-langit bila terdapat sumbing pada langit-langit.
5.
Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau
pharingoplasty.
6.
Umur 6 tahun: evaluasi gigi dan rahang, evaluasi
pendengaran.
7.
Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation
(cangkok tulang pada pinggir alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi
caninus). perawatan otthodontis.
8.
Umur 12-13 tahun: final touch, perbaikan-perbaikan
bila diperlukan.
9.
Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu.
h.
Pemeriksaan
terapeutik
1)
Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan.
2)
Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi
yang adekuat.
3)
Mencegah komplikasi.
4)
Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.
5)
Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato;
perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu
prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris,
merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan bicara dan
makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
6)
Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan
dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitaspenutupan adalah
untuk perkembangan bicara.
i.
Komplikasi
Keadaan
kelaianan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi karenannya,yaitu
:
1)
Kesulitan makan : pada penderita bibir sumbing dan
jika diikuti dengan celah palatum. memerlukan penanganan khusus seperti
dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan
pada bayi bibir sumbing.
2)
Infeksi telinga dan hilangnya
pendengaran. Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan
telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi makan akan
kehilangan pendengaran.
3)
Kesulitan berbicara. Otot - otot untuk berbicara
mengalami penurunan fungsi karena adanya celah. Hal ini dapat mengganggu pola
berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4)
Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak
normal atau bahkan tidak tumbuh,sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
j.
Implementasi/
Asuhan
·
Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan
bayi/anak dan perawatan dirumah.
1.
Jelaskan
prosedur operasi sebelum dan sesudah operasi.
2. Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian
makan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi pada
saat pemberian makan/minum, lakukanpenepukan punggung, bersihkan mulut setelah
makan
· Meningkatkan rasa nyaman
1. Kaji pola istirahat bayi dan kegelisahan.
2. Tenangkan bayi.
3.
Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai
dengan usia dan kondisinya.
4.
Berikan analgetik sesuai program.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Merupakan
deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang
sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri
tidak tumbuh bersatu.Belahnya dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu
bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum
durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna membagi struktur-struktur yang
terkena menjadi :
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus
dan palatum durum dibelahan foramen incisivum
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan
molle posterior terhadap foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,
palatum primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.
Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
b. Saran
Untuk Labioskizis dan Labiopalatoskizis sangat penting diperlukan
pendekatan kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang
diperlukan untuk perawatan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. Perawatan anak sakit. Buku
kedokteran. EGC,1997. Jakarta
Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran, EGC, 1997, Jakarta
Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2003.Jakarta.
Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas Aerlangga, Edisi 4 ,EGC, 1995, Jakarta
Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran. EGC.1995. Jakata
Sylvia A price, Lorraine m Wilson. Patofisiologi. Buku kedokteran, EGC, 1997, Jakarta
Ronna L Wong. Keperawatan pediatric.Buku kedokteran, EGC.2003.Jakarta.
Robbins dan kumar.Patologi .Fakultas kedoteran. Universitas Aerlangga, Edisi 4 ,EGC, 1995, Jakarta
Ilmu kesehatan anak. Fakultas Kedokteran. EGC.1995. Jakata
0 komentar:
Posting Komentar