1)
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
BCG adalah kuman yang sejak tahun
1920 selama 13 tahun dibiakkan sampai 230 kali oleh Calmette dan Guerin
sehingga menghasilkan vaksin BCG. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan.
a.
Indikasi
Untuk imunisasi
terhadap penyakit Tuberkulosa (TBC).
b.
Dosis dan cara pemberian
Sesudah vaksin dilarutkan harus segera
dipakai dalam waktu 3 jam dan sisanya harus dibuang. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan. Penyuntikan
harus intracutan di daerah insersio M deltoideus dengan dosis pada bayi <
1 tahun 0,05 ml dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun). Apabila BCG diberikan pada
umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan
ke arah permukaan (sangat superfisial)
sehingga terbentuk suatu lepuh berdiameter 8-10 mm. Dilarang menggunakan
alkohol dan desinfektan lainnya pada penyuntikan BCG.
c.
Reaksi
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi
yang bersifat umum seperti demam. Reaksi yang dapat terjadi adalah :
·
Lokal
Satu sampai dua minggu kemudian
timbul indurasi dan eritema di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula
kemudian pecah menjadi ulkus dan akhirnya sembuh spontan dalam waktu 8-12
minggu, dengan meninggalkan cicatrik. Luka tersebut tidak memerlukan pengobatan.
·
Regional
Kadang-kadang terdapat pembesaran
kelenjar axilla dan atau cervical, terasa padat, tidak sakit,
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini adalah normal dan tidak memerlukan
pengobatan serta akan hilang sendiri dalam waktu 3-6 bulan.
d.
Komplikasi
·
Abses ditempat suntikan
yang terjadi disebabkan oleh suntikan
yang terlalu dalam (subcutan). Abses bersifat tenang (cold abses) tidak memerlukan pengobatan dan akan sembuh spontan
meskipun lambat. Bila abses sudah matang (merah, fluktuasi, kulit tipis)
sebaiknya diaspirasi tidak boleh diinsisi.
·
Limfadenitis supurativa dapat
terjadi pada bayi atau anak berusia < 2 tahun. Disebabkan oleh suntikan yang
terlalu dalam atau dosis yang terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang, tidak
memerlukan pengobatan dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2-6 bulan sesudah
vaksinasi. Apabila proses sudah matang (merah, fluktuasi, kulit tipis)
sebaiknya diaspirasi, tidak boleh diinsisi.
e.
Kontraindikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi
mutlak tetapi sebaiknya vaksinasi BCG ditangguhkan bila ada penyakit akut
dengan panas tinggi dan penyakit kulit yang berat. Wallgren (1956) menyatakan
bahwa sesudah mendapat BCG seorang anak masih dapat menderita infeksi tuberculosis
primer. Namun anak itu tidak akan mendapat komplikasi berat seperti misalnya meningitis, tuberculosis milier. Hal ini
merupakan keuntungan terbesar dari vaksinasi BCG.
2)
Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B
rekombinan mengandung antigen virus Hepatitis B, HbsAg yang tidak menginfeksi,
yang dihasilkan dari biakan sel ragi Hansenula
Polymorpha dimurnikan. Vaksin Hepatitis B rekombinan berbentuk suspensi
steril berwarna keputihan.
a.
Indikasi
Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasikan untuk imunisasi aktif,
melawan infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Vaksin Hepatitis B
tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti Hepatitis
A, Hepatitis C atau virus lain yang dapat menginfeksi hati. Vaksin Hepatitis B
rekombinan dapat diberikan pada semua jenis usia. Vaksinasi rekomendasikan pada
orang yang memiliki resiko tinggi
terhadap infeksi virus Hepatitis B termasuk bayi yang lahir dari ibu
dengan HbsAg (+).
b.
Dosis dan cara pemberian
Pemberian imunisasi dengan dosis 0,5 cc
secara intramuscular, dengan
formulasi 10 mg / 0,5 ml. Pada bayi dan anak kecil lebih baik disuntikkan pada
bagian anterolateral paha. Sebagai
pengecualian, vaksin Hepatitis B dapat diberikan secara subcutan pada pasien dengan kecenderungan perdarahan hebat (hemofili). Imunisasi hepatitis B-1
diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir. Imunisasi
hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepatitis B-1
yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal,
interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik
5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
c.
Efek samping
Reaksi lokal yang umumnya sering dilaporkan
adalah rasa sakit, kemerahan, pembengkakan disekitar tempat penyuntikan seperti
yang terlihat pada vaksin DPT. Reaksi yang terjadi beresiko ringan dan biasanya
berkurang dalam 2 hari setelah vaksinasi. Keluhan sistemik yang tidak umum
terjadi seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah yang ditemukan
belum dapat dibuktikan disebabkan karena pemberian vaksin Hepatitis B.
d.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap
komponen vaksin, seperti pada vaksin yang lain. Vaksin ini tidak diberikan pada
orang yang terinfeksi dan demam.
3)
Polio
Terdapat 2 kemasan
vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV, hidup dilemahkan,
tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.). Manfaat vaksin OPV dan IPV
sebenarnya sama, namun untuk negara yang sedang berkembang, OPV lebih
menguntungkan karena lebih murah (tanpa suntikan), mudah didistribusikan dan
mudah diberikan pada anak.
a.
Indikasi
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
b.
Dosis dan cara pemberian
Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai
pedoman PPI sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3,
4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak
kurang dari 4 minggu. OPV diberikan 2 tetes per-oral atau o,1 ml). IPV dalam
kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin
IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
c.
Efek samping
Vaksin polio oral, OPV adalah salah satu vaksin
yang paling aman. Belum pernah ada efek samping maupun kasus polio pada anak
setelah mendapatkan imunisasi, tetapi pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
dapat terjadi diare.
d.
Kontraindikasi
Pada penderita Leukemia.
4)
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
a.
Indikasi
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid).
b.
Dosis dan cara pemberian
Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak
umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval
4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan pada umur
2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan. Dosis DPT adalah
0,5 ml, intramuscular, baik untuk
imunisasi dasar maupun ulangan. Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi
dengan vaksin lain yaitu DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
c.
Efek samping dan komplikasi
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan
ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat
penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan
kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, encephalopathy, dan
syok.
d.
Kontraindikasi
Apabila setelah pemberian dosis pertama
vaksin DPT terjadi reaksi yang
berlebihan, maka suntikan selanjutnya dianjurkan vaksin DT. Pasien virus HIV
tidak boleh diberikan vaksinasi ini.
5) Campak
a.
Indikasi
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak, karena termasuk
penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
b.
Dosis dan cara pemberian
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah
1 dosis. Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml
secara subkutan pada umur 9 bulan.
c.
Efek samping
Bisa timbul efek samping berupa diare,
conjungtivitis. Selain itu juga bisa timbul panas dan ruam setelah masa
inkubasi (1-2 minggu setelah vaksinasi). Komplikasi terberat akibat campak
umumnya terjadi pada masyarakat golongan sosial ekonomi lemah yang tidak mampu
memanfaatkan pelayanan RS.
d.
Kontraindikasi
·
Anak dengan infeksi akut.
·
Anak dengan defisiensi
imunologik.
·
Anak dalam pengobatan intensif.
0 komentar:
Posting Komentar