I.
Pengertian
Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan
(derajat) panas suatu zat. Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas atau
dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu
ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan.
Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak ukur utama
untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran suhu
tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang apapun.
II.
Jenis
Pengukuran Suhu Tubuh
Dalam pengukuran suhu tubuh, terdapat empat (4)
macam cara, yaitu :
1.
Peroral (sublingual),
yaitu mengukur suhu melalui
oral(mulut).
keuntungan:
·
Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan
perubahan posisi.
·
Nyaman bagi klien.
·
Memberi pembacaan suhu permukaan yang
akurat.
kerugian:
·
Tidak boleh dilakukan pada klien yang
bernapas lewat mulut.
·
Tidak boleh dilakukan pada klien yang
mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar akibat
kedinginan.
·
Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak
kecil, anak yang sedang menangis atau klien konfusi, tidak sadar atau tidak
kooperatif.
·
Risiko
terpapar cairan tubuh
2.
Peraxila,
yaitu mengukur suhu melalui
axila(ketiak).
keuntungan:
·
Aman
dan non-invasif
·
Cara
yang lebih disukai pada bayi baru lahir dank lien yang tidak kooperatif.
kerugian:
·
Waktu
pengukuran lama
·
Memerlukan
bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien
3.
Perrektal,
yaitu mengukur suhu melalui
rektum(dubur).
keuntungan:
·
Terbukti lebih dapat diandalkan bila
suhu oral tidak dapat diperoleh
·
Menunjukkan suhu inti
kerugian:
·
Tidak boleh dilakukan pada klien yang
mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau cenderung
perdarahan.
·
Memerlukan perubahan posisi dan dapat
merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien.
·
Risiko terpajan cairan tubuh
·
Memerlukan lubrikasi
·
Dikontradiksikan pada bayi baru lahir.
4.
Peroftal,
yaitu mengukur suhu melalui
telinga(jarang dipakai).
keuntungan:
·
tempat mudah dicapai.
·
perubahan posisi yang dibutuhkan
minimal.
·
memberi pembacaan inti yang akurat.
·
waktu pengukuran sangat cepat (2-5
detik).
·
Dapat dilakukan tanpa membangunkan atau
mengganggu klien.
kerugian:
·
Alat bantu dengar harus dikeluarkan
sebelum pengukuran.
·
Tidak boleh dilakukan pada klien yang
mengalami bedah telinga atau membran timpani.
·
Membutuhkan pembungkus probe sekali
pakai.
·
Impaksi serumen dan otitis media dapat
mengganggu pengukuran suhu.
·
Keakuratan pengukuran pada bayi baru
lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun masih diragukan.
Ke empat macam cara ini dapat digunakan salah
satunya saja. Karena pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Namun, itu
tergantung jenis bagian suhu mana yang ingin kita ketahui. Ada dua macam jenis
suhu tubuh yang kita perlukan untuk tujuan pemeriksaan, yaitu :
1.
Suhu
inti:
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane timpani, esophagus, arteri pulmonel, kandung kemih, rektal. Dalam hal ini, kita harus menggunakan cara pengukuran suhu melalui rektum
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane timpani, esophagus, arteri pulmonel, kandung kemih, rektal. Dalam hal ini, kita harus menggunakan cara pengukuran suhu melalui rektum
2.
Suhu
permukaan:
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu permukaan yang paling efektif : kulit, aksila oral. Sehingga, kita bias menggunakan cara pengukuran melalui oral, aksila, dan telinga.
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu permukaan yang paling efektif : kulit, aksila oral. Sehingga, kita bias menggunakan cara pengukuran melalui oral, aksila, dan telinga.
III.
Alat
Pengukuran Suhu Tubuh
Alat pengukur suhu, tentu saja adalah termometer.
Namun dalam dunia kesehatan, termometer yang digunakan adalah termometer suhu badan
atau klinis, baik yang terbuat dari merkuri (kaca) maupun digital. Hanya saja
American Academy of Pediatrics tidak merekomendasikan penggunaan termometer
merkuri (kaca) untuk mencegah paparan disengaja oleh toksin. Selain itu juga
terdapat termometer telinga yang menggunakan sistem inframerah untuk mengukur
suhu di dalam saluran telinga.
IV.
Cara
Mengukur Suhu Tubuh
A. Mengukur Suhu Oral
Yaitu mengukur suhu badan dengan
menggunakan termometer yang ditempatkan
di mulut.
a.
Tujuan
Mengetahui suhu
klien untuk menentukan tindakan dan diagnosa
b. Persiapan
alat
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
3
) Sarung tangan
4)
Tissue
5)
Bengkok
6)
Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang
akan dilakukan
2)
Mendekatkan alat kesamping
klien
3)
Mencuci tangan dan memakai
sarung tangan
4) Menempatkan termometer di bawah lidah klien dalam kantung sub lingual lateral ketengah rahang
bawah
5) Meminta klien menahan termometer dengan bibir
terkatup dan hindari penggigitan. Bila klien tidak mampu menahan termometer
dalam mulut maka pegangi termometer
6) Biarkan
termometer di tempat tersebut :
a) Termometer air raksa : 2-3 menit
b) Termemoter Digital :
sampai sinyal terdengar
7)
Keluarkan termometer dengan
hati-hati
8)
Lap termometer memakai tissue
dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok
9)
Baca air raksa atau digitnya
10)
Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan
termometer digital ke skala awal
11)
Mengembalikan termometer pada tempatnya
12)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
13)
Mendokumentasikan hasil tindakan
B. Mengukur Suhu Aksila
Yaitu
mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang di tempatkan di ketiak
(aksila). Suhu aksila tidak seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini
umumnya mengukur 1 derajat lebih rendah dari suhu oral jika diukur secara
bersamaan.
a. Tujuan
Mengetahui
suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menentukan diagnosa
b. Persiapan alat
1)
Termometer air raksa/termometer elektrik
siap pakai
2)
Larutan sabun, desinfektan, air bersih
dalam tempatnya
3)
Sarung tangan
4)
Tissue
5)
Bengkok
6)
Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan pada klien tentang tidakan yang
akan dilakukan
2)
Mendekatkan alat ke samping klien
3)
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4) Memasang tirai atau menutup gorden/ pintu
ruangan
5) Membantu klien untuk duduk atau posisi
berbaring terlentang. Buka pakaian pada
lengan klien
6) Menempatkan
termometer di tengah ketiak, turunkan lengan
dan silangkan lengan di bawah
klien
7)
Biarkan termometer di tempat tersebut
(a)
Termometer air raksa : 5-10 Menit
(b)
Termometer digital : sampai sinyal terdengar
8)
Keluarkan termometer dengan hati-hati
9) Lap termometer memakai tissue dengan gerakan
memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian tissue di bengkok
10)
Baca air raksa atau digitnya
11)
Membantu klien merapikan bajunya
12) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
13)
Mengembalikan termometer pada tempatnya
14)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
15) Mendokumentasikan hasil tindakan
C. Mengukur Suhu Rektal
Yaitu mengukur suhu badan dengan
menggunakan termometer yang ditempatkan di rektal. American Academy of
Pediatric merekomendasikan pengukuran suhu rectal untuk anak di bawah usia 3
tahun, karena hal ini memberikan bacaan yang paling akurat dari suhu utama
tubuh. Pengukuran suhu rectal akan membaca sekitar 1 derajat lebih tinggi dari
suhu oral jika dilakukan pengukuran secar bersamaan.
a.
Tujuan
Mengetahui suhu badan klien untuk
menentukan tindakan dan membantu menegakkan diagnosa
b.
Persiapan alat
1) Termometer
air raksa/termometer elektrik siap
pakai
2) Larutan
sabun, desinfektan, air bersih dalam
tempatnya
3) Vaseline/pelumas larut air
4) Sarung tangan
5) Tissue
6) Bengkok
7) Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2) Mendekatkan alat ke samping klien
3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4) Memasang tirai atau menutup gorden/pintu ruangan
5) Membuka pakaian bagian bawah
6) Mengatur posisi klien
(a)
Dewasa : Sim atau miring dan kaki sebelah
atas tekuk ke arah perut
(b) Bayi/anak : Tengkurap/terlentang
7) Melumasi ujung termometer dengan vaseline sekitar 2,5-3,5 cm untuk orang
dewasa dan 1,5- 2,5 cm untuk bayi/anak
8) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa).
Bila bayi tengkurap di tempat tidur, renggangkan kedua bokong dengan jari-jari.
9) Minta klien menarik nafas dalam dan masukkan termometer secara perlahan kedalam anus sekitar
3,5 cm pada orang dewasa dan pada bayi 1,5-2,5 cm
10)Pegang
termometer ditempatnya selama 2-3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk anak-anak)
11)Keluarkan
termometer dengan hati-hati
12)Lap
termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir,
kemudian buang tissue di bengkok
13)Baca
air raksa atau digitnya
14)Melap
area anal untuk membersihakan pelumas
atau feaces dan merapikan klien
15)Membersihkan
termometer air raksa
16)
Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
17)Mengembalikan
termometer pada tempatnya
18)Melepas
sarung tangan dan mencuci tangan
19)Mendokumentasikan
hasil tindakan
D. Mengukur
Suhu Tymphanic
Yaitu,
mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di telinga.
Pengukuran suhu gendang telinga tidak akurat pada anak-anak kecil dan tidak
boleh digunakan pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan). Hal ini terutama berlaku
pada bayi dibawah 3 bulan dimana pengukuran suhu yang akurat adalah sangat
penting.
a. Tujuan
Mengetahui suhu
klien untuk menentukan tindakan dan diagnosa
b. Persiapan
alat
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap
pakai
2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam
tempatnya
3
) Sarung tangan
4)
Tissue
5)
Bengkok
6)
Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan
pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2)
Mendekatkan alat kesamping
klien
3)
Mencuci tangan dan memakai
sarung tangan
4) Masukkan termometer ke dalam telinga pasien
5) Setelah dirasa cukup, keluarkan dengan
hati-hati
6)
Lap termometer memakai tissue
dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok
7)
Baca air raksa atau digitnya
8)
Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan
termometer digital ke skala awal
9)
Mengembalikan termometer pada tempatnya
10)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
11)
Mendokumentsikan hasil tindakan
0 komentar:
Posting Komentar