Metode KB Sederhana dengan Alat



BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1  Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata : kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Kontrasepsi adalah  upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 905). Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (BKKBN, 1996 : 21).
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai metode KB alamiah dengan alat yang terdiri dari mekanis (kondom dan barier intravagina) dan kimiawi (spermisid).
2.2  Memilih Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah (Hartanto, Hanafi, 2004 : 36) :
a)    Aman/tidak berbahaya, dapat diandalkan
b)    Sederhana, sedapat-dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang dokter
c)    Murah
d)    Dapat diterima oleh orang banyak
e)    Pemakaian jangka lama (continuation rate tinggi)
2.3    Metode KB Alamiah dengan Alat
A.   Metode Barier pada Pria (Kondom)

             Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. 
Kira-kira 1 cm dari ujung kondom dibiarkan kosong untuk menampung air mani yang keluar, kondom mencegah agar air mani tidak masuk ke dalam rahim. Setelah mengalami ejakulasi tetapi sebelum ereksi sama sekali hilang, pria yang memakainya harus menekan pinggir kondom KB pada penisnya agar air mani yang tertampung tidak tumpah dari Kondom. Pada setiap kali sanggama harus menggunakan kondom yang baru.
§  Keuntungan Kondom
1)   Mencegah kehamilan
2)   Memberi perlindungan terhadap penyakit hubungan seksual
3)   Dapat diandalkan, relatif murah
4)   Sederhana, ringan, disposable, reversible
5)   Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up
§  Kerugian Kondom
1)   Angka kegagalan realtif tinggi
2)   Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
3)   Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama
Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut akan diperoleh, jika kondom dipakai secara benar dan konsisten pada setiap sanggama, karena umumnya kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hati – hati.
§  Kontra Indikasi Kondom
1.    Absolut
a)    Pria dengan ereksi yang tidak baik
b)    Riwayat syok septik
c)    Tidak bertanggung jawab secara sexual
d)    Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
e)    Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual
2.    Relatif
a)    Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual
§  Macam – Macam Kondom
1.   Kulit
Dibuat dari membran usus biri biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut, menjalarkan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama sanggama namun lebih mahal
2.   Lateks
Paling banyak dipakai, murah, elastis
3.   Plastik
Sangat tipis, enghantarkan panas tubuh namun lebih mahal dari kondom lateks

Kemasan kondom  harus kedap udara karena udara dapat merusak karet. Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara (o2) dapat mempercepat kerusakan karet.
§  Efektivitas Kondom
Bukan terletak pada kondomnya sendiri melainkan terletak pada pemakainya.  Sebab utama dari tidak efektif nya kondom adalah penggunaan yang tidak konsisten.
§  Efek Non – Kontraseptif
1.    Perlindungan terhadap penyakit penyakit akibat hubungan seks termasuk HPV
2.    Perlindungan terhadap PID / infeksi cairan amnion (pada wanita hamil)
3.    Kadang kadang kondom dianjurkan untuk mengobati ejakulasi – prematur,
 karena kondom mengurangi sensitivitas glans penis
4.    Terapi infertilitas
 Pada wanita tertentu ditemukan adanya antibodi terhadap spermatozoa. Dengan
 kondom diharapkan kadar antibodi menurun. Setelah pemakaian jangka
 waktu tertentu, pada sanggama biasa (tanpa kondom) yang diatur waktunya
 sekitar masa ovulasi, diharapkan dapat terjadi fertilisasi. Dianjurkan untuk
 memakai kondom sedikitnya selama 3-6 bulan atau sampai titer antibodi turun.
§  Efek Samping dan Komplikasi
1.    Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis
2.    Alergi terhadap karet
B.   Wanita (Barier Intra-vaginal)
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
§  Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
1)   Mencegah kehamilan
2)   Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
§  Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
1)    Angka kegagalan relatif tinggi
2)    Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya
3)    Perlu dipakai secara konsisten, hati hati, selalu pada setiap sanggama.
§  Macam-macam Barier Intra-Vaginal :
1.    Diafragma (Diaphragma)
2.    Kap Serviks (Cervical cap)
3.    Spons (Sponge)
4.    Kondom Wanita
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus dipakai bersama dengan spermisidFaktor yang  dapat mempengaruhi efektifitas  metode ini, antara lain :
a)   Paritas
b)   Frekuensi sanggama
c)   Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d)   Kebiasaan dan motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.
Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik :
1.    Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya
2.    Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam
3.    Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada
 perdarahan per-vaginam, tetapi menggunakan kondom
4.    Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan
 metode Barier Intra-vaginal, tetapi menggunakan kondom
5.    Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :
a)    Demam, muntah
b)   Diarrhoe
c)    Nyeri otot tubuh, rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6.    Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis
7.    Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.
Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.
I.   Diafragma (Diaphragma)

Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel dengan bentuk seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya.  Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
§  Cara Kerja sebagai berikut :
1.    Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran
 telur (tuba falopi)
2.    Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
Manfaat nya ada 2 yaitu :
1.    Manfaat kontrasepsi
a)      Efektif bila digunakan dengan benar
b)      Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c)      Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya
d)      Dapat dipakai selama haid
2.    Manfaat non kontrasepsi
a)    Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
b)   Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid
c)   Kemungkinan mempunyai efek perlindungan terhadap timbulnya
 displasia cervical
 Kerugian Difragma
1.    Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2.    Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3.    Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya
4.    Insersi relatif sukar
5.    Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6.    Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh spermisidnya
§  Jenis diafragma antara lain :
a)   Flat spring (flat metal band)
Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini dapat dipakai oleh wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina normal, arcus pubis yang dangkal dibelakang simpisis pubis, multigravida, uterus anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke belakang.
b)  Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang bundar dan dilapisi karet, diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os pubis tidak ada perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina normal
c)   Arching spring (kombinasi metal spring)
Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok dengan wanita dengan : tonus otot otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang, prolapsus uteri ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke depan
·      Memilih Ukuran Diafragma
1.   Jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke dalam vagina sampai ujung jari
 tengah menyentuh dinding posterior vagina. Ibu jari digerakkan sampai titik
 pertemuan jari telunjuk dengan os pubis
2.   Jarak antara ujung jari tengah dan bagian depan ibu jari adalah diameter
 diafragma yang diperlukan
§  Insersi Diafragma
1.    Diafragma ditekan dijepit/ditekan diantara ibu jari dan jari-jari tangan dan
 didorong sejauh mungkin kedalam vagina
2.    Dengan jari telunjuk diperiksa bahwa letak diafragma tepat dibelakang os
 pubis dan menutupi servik
3.    Diafragma yang dipasang dengan benar terletak diantara bagian posterior os
 pubis dan fornix-posterior vagina serta menutupi serviks
4.    Untuk memeriksa bahwa diafragma terpasang dengan tepat, jari telunjuk
 meraba serviks melalui kubah diafragma
5.    Untuk mengeluarkan diafragma, jari telunjuk dikaitkan dibawah lingkaran
 depan diafragma (dibelakang os pubis)
§  Kontraindikasi
1.    Kelainan anatomis dari vagina, serviks dan uterus :
 Prolapsus uteri, cystocele/rectocele yang besar, retroversi atau anteflexi
 uterus yang berlebihan, septum vagiina
2.    Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
3.    Alergi terhadap latex atau spermisid
4.    Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
5.    Nyeri pelvis/nyeri introitus yang sementara oleh sebab apapun (PID, Herpes,
 baru mengalami episiotomi, introitus yang sangat sempit/ketat)
6.    Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu
7.    Ketidakmampuan calon akseptor atau pasangannya untuk mempelajari dan
 melaksanakan teknik insersi yang benar
§  Efek samping dan komplikasi
Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragma dipakai sebagaimana semestinya. Kadang kadang reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi
§  Sebab sebab kegagalan :
1.    Ketidaktauan cara pemasangan yang benar
2.    Ukuran diafragma tidak tepat
3.    Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama
4.    Adanya cacat/kerusakan pada diafragma
§  Perlu diperhatikan :
Jika ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan, rujuk segera pasien  ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Apabila terjadi panas lebih dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi per oral dan analgesi.
II.   Kap Serviks (cervical cap)
              Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.  Dibandingkan dengan diafragma,
kap serviks lebih dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, umumnya lebih kaku, menutupi
serviks karena hisapan (suction), bukan karena pegas.  Zaman dahulu kap serviks terbuat dari
logam/plastik, sekarang yang banyak adalah dari karet.
§  Tingkat kegagalan
Pada 100 wanita yang menggunakan metode ini selama satu tahun, terdapat sebanyak 7 orang yang hamil
§  Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.
§  Syarat pemakaian kap serviks
1.      Serviks harus dapat dicapai
2.      Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3.      Serviks tidak luka
§  Macam – macam Kap serviks
1.   Prentif Cavity Rim Cap
a)   Paling sering dipakai
b)   Tersedia dalam 4 ukuran, diameter dalam 22, 25, 28, dan 31 mm
2.   Dumas atau Vault Cap
a)    Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir alas yang tebal dan
 bagian tengah yang tipis
b)    Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 – 75 mm
c)    Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena
 tonus otot vagina yang kurang baik atau wanita dengan seviks yang terlalu
 pendek
3.   Vimule Cap
a)    Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) u tuk
 memperkuat hubungan dengan sekitarnya
b)    Cocok untuk wanita dengan :
ü  Tonus otot vagina kurang baik
ü  Cystocele
ü  Serviks yang lebih panjang dari rata-rata
c)    Tersedia dalam ukuran 42 – 55 mm
§  Keuntungan
1.    Dapat digunakan selama menyusui
2.    Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24
 jam, pemberian spermiside sebelum bersenggama menambah efektifitasnya
3.    Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama
4.    Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari
 vagina misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina yang
 kurang baik
5.    Jarang terlepas selama sanggama
§  Kerugian
1.    Angka kegagalan tinggi
2.    Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3.    Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4.    Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit
5.    Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung
 pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
6.    Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
7.    Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman
8.    Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual), HIV AIDS
§  Kontraindikasi  :
1.    Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear abnormal
2.    Postpartum 6-12 minggu
3.    Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
4.    Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5.    Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
6.    Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside
§   Efek Samping dan Komplikasi
1.    Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama
 didalam vagina
2.    Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karen akontak yang terlalu
 lama dengan karet (kap) dan spermiside nya
3.    Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
4.    Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian
 cervical caps dilakukan pada saat menstruasi
5.    Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan HPV
§   Beberapa tips untuk memasukkan kap serviks  :
1.    Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap serviks adalah
 mencuci tangan. Pemakai memasukkan kap serviks saat seksualitasnya bangkit
 dan sebelum melakukan hubungan seksual.
2.    Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks dengan spermisida.
 Pisahkan labia dengan kedua tangan. Tangan yang lain menjangkau sekeliling
 pinggiran kap diantara ibu jari dengan jari telunjuk
3.    Masukkan kap ke dalam vagina dan dorong kap sepanjang dinding vagina
 sejauh kap itu bisa masuk. Cara ini bisa dilakukan dengan cara berdiri,
 mengangkat satu kaki ke atas, posisi jongkok, berbaring.
4.    Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan pinggiran kap di sekitar
 serviks sampai serviks sudah tertutup dengan kap tersebut. Periksa posisi kap
 dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah
 tertutupi.
5.    Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.
6.    Pemakai harus mempertahankan kap serviks selama 6 jam setelah ejakulasi
 intravagina terakhir untuk memastikan bahwa sperma yang tertinggal di dalam
 vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
7.    Namun, untuk mengeluarkan kap serviks harus dilakukan dalam kurun waktu
 48 jam. Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap dengan sabun dan
 air hangat dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat
 digunakan kembali.
8.    Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama 2 tahun, tapi harus
 diperiksa secara teratur untuk memastikan apakah ada lubang, atau bocor. Bila
 terjadi kerusakan pada kap, maka pemakai diinstruksikan untuk segera
 menggantinya.
III.   Spons Kontrasepsi (contraceptive sponge)
         Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari agen spermisidal. Macamnya seperti sponge kecil berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram poliuretan nonoxynol-9 yang dipasang  24 jam sebelum senggama. Setelah dibasahi, spons ditempatkan di serviks.
 Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali senggama tanpa harus diganti. Spons ini sebaiknya baru dilepas 6 jam setelah senggama. Walaupun lebih nyaman dibandingkan diafragma atau kondom, namun efektifitas spons untuk kontrasepsi lebih rendah. Tidak dianjurkan untuk melakukan pembilasan (douching)
§   Cara Kerja
1.    Melepaskan spermiside yang terkandung didalamnya
2.    Merupakan barrier antara spermatozoa dan spermiside
3.    Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons
§   Efektifitas
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun. Namun, dalam praktik nya 9-27/100 wanita per tahun
§   Insersi spons
1.    Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2 sendok
 makan, lalu diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan
2.    Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks
§   Kontraindikasi
1.    Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2.    Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3.    Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel, retrofleks
 yang ekstrim, septum vagina
§   Efek samping dan komplikasi
1.    Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidenya
2.    Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar
3.    Kemungkinan timbulnya TSS
§   Efek non kontraseptif
 Kemungkinan proteksi terhadap PHS
IV.   Kondom wanita (female condom)
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada masing-masing ujung dari suatu selubung lunak polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang, biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom, Dominique, Protectiv, dan Care. Baru-baru  ini juga dipasarkan  kondom wanita yang terbuat dari bahan lateks (seperti kondom pria) sehingga tidak menimbulkan suara berisik saat dipakai. Dipasarkan dengan brand Reddy, V Amour, dan Sutra. Pengujian secara in vitro menunjukkan kondom wanita impermeabel terdapat HIV, sitomegalo virus dan hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah karena pada kondom pria dan diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daerah perineum sehingga masih ada kemungkinan penyebaran mikroorganisme penyebaran PHS.
§  Kondom wanita yang telah tersedia saat ini :
1.   Reality Vaginal kondom
Berupa “tabung” polyuretnane, panjang 17 cm, dengan 2 cincin polyuretnane lentur pada masing-masing ujungnya, insersi alat ini seperti insersi diafgrama.
2.   Women’s Choice Female Condomme = Condomme
Bentuknya seperti kondom pria, dengan ujung-dalam yang lebih tebal yang berada pada bagian atas vagina, dan suatu cincin-luar yang menutupi labia, condomme terbuat dari lateks, dan 30% lebih tebal daripada kondom pria agar supaya lebih kuat, insersi Condomme dilakukan dengan suatu aplikator plastik yang dapat dipakai ulang.
3.   Kondom vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba, berupa suatu celana-dalam lateks dengan suatu kantong-tergulung yang “built-in” dan  berada tepat pada mulut vagina, Sebelum sanggama, wanita mendorong kantong tersebut kedalam vagina. Alat ini menutupi seluruh perineum dan genitalia eksterna, sehingga dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap PHS.
§  Cara Pemakaian Kondom Wanita
Cincin yang terbuka berada di luar vagina, sedangkan cincin tertutup berada di bawah simfisis.
Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat menutupi serviks karena akan terdorong keatas selama sanggama ; cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis, keatas selama sanggama, cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis.
C.   Spermisida Vaginal
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna.
Secara mekanis untuk menghalangi spermatozoa dan secara kimiawi untuk immobilisasi/mematikan spermatozoa.
§  Tiap spermisid vaginal memiliki dua komponen :
1.   Zat pembawa/pengangkut (vehicle, carrier) yang inert
Jelly, krim, foam/busa, tablet busa, suppositoria yang akan meleleh, suppositoria busa, soluble film.
2.   Zat spermisid yang aktif
Surfactants (Surface acting, bakterisidal, derajat keasaman yang tinggi.
§  Cara Pemakaian Spermisid Vaginal yang benar :
1.  Letakkan spermisid sedalam mungkin didalam vagina, sehingga menutupi serviks
2.  Tunggulah waktu yang diperlukan sebelum mulai bersanggama, agar spermisid
 nya telah tersebar denga baik di dalam vagina bagian atas dan sekeliling serviks.
3.  Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi sanggama di saat yang
 sama
4.  Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) minimal 6-8 jam setelah
 sanggama selesai. Pembilasan vagina (douching) tidak dianggap sebagai metode
 kontrasepsi yang dapat dipercaya, karena spermatozoa dengan cepat masuk ke
 canalis cervicalis, dan berada di dalam uterus dan tuba fallopii dalam waktu 15 –
 90 detik setelah ejakulasi
§  Kontra-Indikasi :
1. Absolut
a)   Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas tinggi karena alasan
 
kesehatan, pribadi atau sosial.
b)   Penghentian sexual foreplay akan menghambat/menghalangi
c)   Ketidak mampuan penerimaan estetik pada salah satu partner.
d)   Alergi terhadap isi spermisid, alergi lokal kronis, kontak dermatitis genitalia,
 eksema genitalia, psoriasis genitalia, dll
2.    Relatif
a)   Penghentian sexual foreplay akan mengganggu sanggama
b)   Fertilitas tinggi
c)   Dispareunia atau vaginismus
3.    Temporer
a)   Vaginitis akut/subakut oleh karena sebab apapun, termasuk pengobatan.
b)   Penyakit menular aktif/tersangka.
c)   Kondiloma akuminata, dermatitis simpleks, pruritus, herpes genitalia.
d)   Urethritis, sistitis, disuria, pyuria.
§  Efektifitas
Angka kegagalan :   11 – 31 %
§  Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :
1.   Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2.   Memperlambat motilitas sperma
3.   Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
§  Pilihan 
1.   Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi), aerosol dianjurkan
 bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain
 tidak sesuai dengan kondisi klien
2.   Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
 Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
 sebelum hubungan seksual
3.    Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
§  Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi
ü  Manfaat kontrasepsi :
a)    Efektif seketika (busa dan krim)
b)    Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c)    Sebagai pendukung metode lain
d)    Mudah digunakan, tidak memerlukan resep atau pemeriksaan medik
e)    Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
ü  Manfaat non kontrasepsi 
Memberikan perlindungan terhadap PMS termasuk HBV dan HIV/AIDS, kemungkinan timbul PID lebih kecil.
§  Kerugian Spermisid Vaginal :
1.   Angka kegagalan relatif tinggi (disebabkan oleh pemakaian yang tidak
 onsisten).
2.   Harus digunakan segera sebelum sanggama, bahkan ada sper misid vaginal yang
 perlu waktu 5-30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja
3.   Karena harus diletakkan dalam di vagina, ada wanita yang segan melakukannya.
4.   Harus diberikan berulang-kali untuk sanggama yang berturut-turut.
5.   Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa wanita.
§  Efek Samping dan Komplikasi
1. Yang mungkin terjadi :
a)   Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria.
b)   Suppositoria tidak meleleh atau tidak membentuk busa di dalam vagina.
2. Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
a)   Kelainan kongenital janin (efek teratogenik).
b)   Perubahan air susu ibu.
c)   Efek sistemik (masuknya spermisid ke dalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti yang menyokong hal-hal tersebut.
§  Keterbatasan 
1.   Efektifitas kurang
2.   Spermisida jauh  lebih efektif, bila bersama kontrasepsi lain (misal kondom).
3.   Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4.   Tergantung motivasi dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual. 
5.   Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan
 sebelum melakukan hubungan seksual. 
6.   Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian. 
§  Petunjuk Umum
1.    Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar
 sebelum melakukan hubungan seksual.
2.    Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa
 atau krim) dan insersi 
spermisida.
3.    Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan
 hubungan seksual. Kecuali bentuk 
spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan
 waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif
4.     Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
 penyimpanan dari setiap produk (misal : kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
 dalam aplikator).
5.     Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
 senggama atau perlu 
spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang
 kali.
6.     Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup
 secara keseluruhan.
§  Di bawah ini  merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan
 bentuknya :
1.  Aerosol (busa)
Akan mengisi vagina dengan gelembung busa yang mengandung spermisidnya. Ada juga yang berbentuk tablet busa . Cara kerjanya dengan adanya sekret vagina, tablet busa akan menghasilkan C0 yang selanjutnya akan menyebarkan spermisidnya,  tablet busa yang terkenal : Tablet Neo Sampoon.
ü  Cara pemakaian : 
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer dan  tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. 
2.  Krim dan Jeli
Krim terbuat dari lemak yang tidak larut dalam air, misalnya gliserin, stearat.  Setelah dimasukkan ke dalam vagina, cream tetap berada pada tempatnya dan tidak menyebar  lebih jauh.  Sedangkan  jeli terbuat dari bahan yang larut dalam air, misalnya gelatin, mencair pada suhu badan dan dengan cepat menyebar di dalam vagina.
ü Cara pemakaian :
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom.
Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
3.  Kontrasepsi Vagina Film/Tissue
Memakai polyvinyl alkohol dan gliserin atau bahan-bahan lainnya. Berbentuk plastik menyerupai kertas, berukuran 2×2 inci, mengandung 72 mg nonoxynol-9, dilipat sekali kemudian dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum mulai bersanggama. Contohnya : C-film (di Eropa dan USA).
ü Cara pemakaian : 
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari.  Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
3.  Suppositoria
Terdapat 2 jenis :
a)   Suppositoria yang akan meleleh (Melting suppositoria) : Dapat berbentuk
 yang larut dalam air atau yang berbahan dasar Klin yang tidak larut dalam
 air, akan meleleh pada suhu badan, perlu menunggu 5 – 30 menit sebelum
 boleh bersanggama.
b)   Suppositoria busa : Seperti tablet busa, dengan adanya sekret vagina akan
 menghasilkan gelembung-gelembung C02 yang akan menyebarkan
 spermisid-nya , memerlukan waktu 10 menit sebelum boleh bersanggama.
 ü Cara pemakaian :
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria.
§  Penelitian untuk Menemukan Spermisid Baru
Penelitian-penelitian masih terus dilakukan untuk menemukan spermisid baru yang lebih baik dan lebih efektif, mempunyai daya kerja lama di samping kemudahan penggunaannya dan aman.
1.    Gossypol
a)   Berasal dari biji kapas, yang telah dipakai sebagai kon trasepsi oral untuk pria, dan sedang diselidiki untuk diguna-kan sebagai kontrasepsi vagina
b)   Enzim-enzim penghambat spermatozoa (Sperm enzyme inhi bitors).
c)   Propranolol, suatu B-blocker, ternyata dapat menghambat per-gerakan
    dan metabolisme spermatozoa, dan sedang diteliti un-tuk dipakai sebagai
    spermisid vaginal.
DAFTAR PUSTAKA



Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 24-MK 27)

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 1980. Teknik Keluarga Berencana (Perawatan Kesuburan). Elstar Offset, Bandung.
Hartanto, hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Badan Koordinasi KB Nasional. 1994. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Badan Koordinasi KB Nasional
http://www.brown.edu/Student_Services/Health_Services/Health_Education/sexual_health/ssc/cervicalcap.htm

0 komentar:

Posting Komentar