BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari
program kesehatan dan merupakan titik pusat sumber daya manusia,
mengingat pengaruhnya pada setiap orang dan mencakup banyak aspek
kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan usia lanjut. Oleh karena
itu pelayanan reproduksi harus mencakup empat harapan esensial yang
mampu memberikan hasil yang efektif dan efisien bila dikemas dalam
pelayanan yang terintregrasi, empat komponen tersebut tercakup didalam
pelayanan kesehatan reproduksi esensial yaitu kesehatan ibu dan bayi
baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja dan
pencegahan atau penanggulangan penularan penyakit menular seksual (PMS).
Pemakaian metode kontrasepsi pada akseptor KB terdapat
beberapa efek samping, dengan demikian dalam pemakaian berbagai alat
kontrasepsi perlu adanya kegiatan pembinaan yang lebih itensif, namun
upaya tersebut belum dapat dilaksanakan oleh karena kendala waktu dan
tenaga.
Erosi pada akseptor KB IUD dapat terjadi karena benang
IUD, perekatan logam polyetilen dengan posisi IUD yang tidak benar
sehinggga mempermudah terjadinya pengelupasan sel superfisialis, dimana
sifat dasarnya mudah terkelupas. Apabila lapisan sel ini terkelupas,
maka terjadilah erosi portio yang akan terjadi kronis, jika tidak
didapatkan penanganan secara segera, karena pengelupasan sel
superfisialis berakibat hilangnya sumber makanan borderline sehingga
tidak mampu memperoduksi asam laktak yang menyebabkan pH vagina akan
meningkat, naiknya pH vagina akan mempermudah kuman pathogen tumbuh.
Pasicn dengan erosi portio pada umumnya datang pada
satdium lanjut, diamana didapatkan keluhan seperti keputihan disertai
darah, keputihan yang berbau, perdarahan berkelanjutan, dan disertai
metastase dimana stadium pengobatan ini tidak memuaskan.
Dari masalah diatas dapat diketahui bahwa pengayoman
terdapat akseptor KB IUD dengan masalah erosi portio perlu dibantu,
karena menemukan erosi portio perlu dibantu, karena menemukan erosi
dalam stadium dini berarti menyelamatkan jiwa, mengurangi kesakitan
penderita dan biaya pengobatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan UmumPenulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam memecahkan masalah.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
a. Pengkajian dan menganalisa data pada klien dengan kanker mulut rahim.
b. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah pada klien.
c. Menyusun rencana kebidanan.
d. Melaksanakan tindakan kebidanan.
e. Evaluasi asuhan kebidanan.
Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :
-
Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa dan gejala yang terjadi.
-
Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.
-
Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.
PEMBAHASAN
A. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi. Aborsi bisa digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
B. Macam metode kontrasepsi
- Kontrasepsi oral (pil KB) Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).
- Kontrasepsi penghalang Kontrasepsi penghalang secara fisik menghalangi jalan masuk sperma ke dalam rahim wanita. Yang termasuk ke dalam kontrasepsi penghalang adalah:
b. Diafragma : Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk ke dalam rahim. Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaiannya harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli. Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.
c. Penutup serviks (leher rahim) : Penutup serviks (cervical cap) hampir menyerupai diafragma tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih kaku, dipasang pada serviks. Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau perawat. Pemakaian penutup serviks harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli. Penutup serviks dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam dan maksimal 48 jam sesudah melakukan hubungan seksual.
d. Sediaan untuk menghentikan atau membunuh sperma atau disebut juga spermisida (dalam bentuk busa, krim, jel dan suppositoria yang dimasukkan ke dalam vagina) Busa, krim, jeli dan suppositoria vagina dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Selain mengandung spermisida, bahan tersebut juga merupakan penghalang fisik untuk sperma.
- Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi Disebut juga coitus interruptus. Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.
- Metoda ritmik Pada metoda ritmik, pasangan suami istri tidak melakukan hubungan seksual selama masa subur wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.
- Kontrasepsi implan. Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui lendir serviks yang kental. 6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.
- Kontrasepsi suntikan. Medroksiprogesteron (sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3 bulan ke dalam otot bokong atau lengan atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya.
- Sterilisasi. Sterilisasi merupakan cara berkeluarga berencana yang sifatnya permanen. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan prosedur ligasi tuba. Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis). Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim). Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total. Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba. Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).
- IUD (intra uterine device, spiral) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). IUD adalah suatu usaha untuk menekan kesuburan Keuntungan dari IUD adalah efek sampingnya terbatas di dalam rahim.
- melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)
- melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).
Contoh IUD :
Lippes lop, copper-7, copper T, multiload
Biasanya IUD dipasang pada saat menstruasi karena akan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servikalis. Jika kemungkinan terjadi infeksi serviks, masa pemasangan IUD sebaiknya ditunda sampai infeksi mereda.
Cara kerja IUD adalah dengan menyebabkan reaksi peradangan di dalam rahim yang akan menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini merupakan racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur.
Melepaskan IUD akan menyebabkan terhentinya proses peradangan.
Efek samping dari IUD:
- Perdarahan dan nyeri
- Kadang IUD terlepas dengan sendirinya (sekitar 20% IUD yang lepas tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa menyebabkan kehamilan)
- Perforasi rahim
- Ketika baru dipasang akan terjadi infeksi singkat pada rahim, tetapi infeksi ini akan mereda setelah 24 jam
- Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih terpasang adalah sekitar 55%.
- Tabung penyalur dengan IUD didalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis
- Leher tabung penyalur pada serviks, IUD didorong kedalam kavum uteri
- Tabung penyalur kemudian dikeluarkan, filament IUD kemudian ditinggalkan dalam kanalis servikalis dan vagina.
- Inspekulo, filament ditarik perlahan-lahan, jangan sampai putus. IUD nya akan ikut keluar perlahan-lahan
- Jika IUD tidak keluar dengan mudah, lakukanlah sondase uterus, sehingga ostium uteri internum terbuka. Sonde diputar perlahan-lahan 90o . selanjutnya IUD dikeluarkan
- Jika filament tidak tampak atau putus, IUD dapat dikeluarkan dengan mikrokuret.
Dalam sistim pelayanan kontrasepsi mantap, salah satu unsur yang penting untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan mutu pelayanan ialah pemantauan pelaksanaan sistim pelayanan itu sendiri.
Ada tiga hal pokok dalam sistim tersebut, yaitu :
-
- Pelaksanaan pelayanan di klinik kontrasepsi mantap.
- Pelayanan rujukan.
- Masalah pembiayaan termasuk pembayaran dana bantuan Pelayanan (reimbursement).
- Penerimaan dan Pendaftaran
- Pelayanan Konseling
- Pelayanan screening prabedah (termasuk pemeriksaan laboratorik)
- Persiapan Prabedah
- Pelayanan Pembedahan
- Pelayanan Pascabedah
- Pelayanan Kunjungan Ulang
Dalam setiap bagian dari alur pelayanan kontrasepsi mantap tersebut tiga macam faktor yang menentukan mutu pelayanan dan harus dipantau ialah :
- tenaga pelaksana
- sarana
- tata-cara pelayanan.
D. Erosi Portio
1. Pengertian
Erosi portio adalah suatu pendarahan pada portio
berwarna merah dengan batas tidak jelas pada sotium uteri eksternum
(Sarwono, 1999).
Erosi portio atau pseudo erosi yaitu terkelupasnya epitel
silindris akibat rangsangan dari luar dan digantikan dengan epitel
gepeng pada kanalis servikalis, erosi ini nampak sebagai tempat merah
menyala dan agak mudah berdarah (Sulaiman, 1997).2. Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat, trauma.
-
Patofisiologi
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD.
IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio.
Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan
iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan
terjadilah erosi portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan
reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina
yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan
terjadilah erosi portio.
Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan
tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase
keganasan leher rahim.
4. Gejala erosi portioa. Adanya fluxus
b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya kontak bloding
d. Portio teraba tidak rata
5. Komplikasi erosi portio
Terjadi keganasan
6. Penanggulangana. Membatasi hubungan suami istri
b. Menjaga kebersihan vagina
c. Lama pemakaian IUD harus diperhatikan
7. Efek samping penggunaan IUD dan penanggulangannya
a. Infeksi
1.) Gejala :
Keluarnya cairan putih yang baru
Nyeri perut bagian bawah
Suhu ≥ 37ÂșC
2.) Penyebab
Akibat dari pemasangan tidak sesuai dengan standar baku dan tidak steril.
Partner seksual yang banyak dan lama pemakaian IUD.
3.) Penanggulangan
Saling setia pada pasangannya.
Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.
Pengobatan dengan albotyl vagina 1x selama satu minggu.
b. Keputihan
1.) Gejala :
Keluarnya cairan jernih, tidak berbau dan tidak ada gatal dari vagina.
2.) Penyebab
Karena adanya reaksi endometrium.
3.) Penanggulangan
Menjaga kebersihanvagina agar tidak lembab.
Sering kontrol, jangan kalau ada keluhan saja.
USG.
Pengobatan dengan albotyl 36 % nystatisn 1x / minggu.
c. Ekspulsi
1.) Gejala
Nyeri pada keluhan.
Terabanya bagian IUD di dalam vagina.
2.) Penyebab
Karena ukuran IUD yang tidak sesuai.
Karena letak IUD yang tidak sempurna.
3.) Penanggulangan
Melepas IUD.
Pemasangan yang sesuai standar.
Ukuran IUD disesuaikan dengan ukuran uterus.
d. Translokasi IUD
1.) Gejala
Klien merasakan rasa nyeri yang hebat pada waktu pemasangan.
Klien tampak menyeringai.
2.) Penyebab
Pemasangan yang sulit sehingga dilakukan pemaksaan.
Pemasukan inserter dengan arah yang salah.
Teknik pemasangan IUD dengan push ini.
3.) Penggulangan
Kolaborasi dengan dokter untuk USG.
Angakat IUD dengan laparotomi.
e. Rasa mules / nyeri / kram perut bawah
1.) Gejala
Nyeri / mules / sakit pinggang terutama pada hari pertama sesudah pemasangan.
Wajah klien menyeringai.
Nyeri tekan pada atas sympisis pada adneksa.
2.) Penyebab
Psikis.
Letak IUD yang tidak tepat.
IUD merangsang pembentukan prostaglandin pada waktu haid.
3.) Penanggulangan
Beri konseling pada akseptor.
IUD dilepas bila nyeri hebat.
Beri antibiotik 3x 500 mg/hr selama 1 minggu.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANANPada Ny “T“Akseptor IUD (CuT 380A) 1 minggu dengan erosi porsio k/u kurang baik
Di Polindes “Maju Jaya”
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 25-03-2010 Jam: 17.00 WIBNo. Reg : 090900909
I. Data Subyektif
A. IdentitasNama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. W
Umur : 35 tahun Umur : 35 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Bangsa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kedung Barik No.87 Alamat : Kedung Barik No. 87
Surabaya Surabaya
Telp. : - Telp. : -
B. Anamnesa
- Alasan Kunjungan : Pertama / Rutin / Ada Keluhan
- Keluhan yang dirasa : ibu mengatakan keluar flek darah sejak tanggal 23-03-2010 dan keluar keputihan agak banyak, berbau, gatal.
- Riwayat Mentruasi
- Menarche : 13 th
- HPHT : 20-02-2010
- Siklus : 28 hari
- Teratur / Tidak : Teratur
- Lamanya : 6 – 7 hari
- Banyak : 3-4 pembalut / hari
- Sifat : Merah tua, encer tidak bergumpal, anyir
- Dismenore : Tidak ada
- Keikutsertaan dalam KB
- Cara KB terakhir
- Jumlah anak hidup
Perempuan : – orang
- Jumlah anak lahir hidup kemudian meninggal
Perempuan : – orang
- Apakah ibu sedang menyusui
- Pengetahuan ibu tentang metode KB
- Kebiasaan-kebiasaan merokok : Tidak ada
- Riwayat pernyakit yang diderita
-
Keadaan Umum
Cara berjalan : Gontai
Postur tubuh : Tegak
Ekspresi wajah : Kesakitan
Status emosional : Labil
TB/BB : 157 cm/55 kg
-
Tanda-tanda Vital
S = 378° C
N = 96x/mnt
RR = 18x/mnt
-
Pemeriksaan Fisik
Mata : Simetris, palpebra tidak oedem, sklera tidak ikterus, conjunctiva pucat.
Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip.Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen , daun telinga tidak ada kelainan.
Mulut : Bersih, lidah bersih, bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada bendungan V. Jugularis.
Mammae : Bersih, Simetris ka/ki , pembesaran : ada, Konsistensi :
Tegang. Massa abnormal (-), Putting susu ka/ki menonjol, terdapat
pengeluaran colostrum, Hyperpigmentasi areola ka/ki (-), puting susu
normal.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi interkosta.
Abdomen : Bersih, massa abnormal (-), nyeri tekan (+), Tidak ada bekas luka operasi, Bising usus terdengar.
Genetalia :
Inspeksi genetalia eksterna : kotor, terdapat pengeluaran darah,
Tidak oedem, tidak ada varices, terdapat flour albus berbau, perih,
warna keju.Palpasi kelenjar bartolini : tidak ada pembengkakan kelenjar bartholmi.
Anus : Bersih, tidak ada haemorroid.
Ekstremitas (at/bw) : Simetris, tidak oedema, tidak ada varices.- Pemeriksaan Khusus (Untuk IUD)
- Inspekulo ( pemeriksaan dengan speculum) :
Terlihat benang IUD ± 3 cm didepan portio.
-
- Adakah lesi pada serviks : ada dengan batas tidak jelas
- Apakah keputihan / spoting : ada, berbau, perih/gatal, berwarna kuning keju.
- Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas.
- Bimanual
- Gerakkan serviks bebas
- Tidak ada tanda-tanda kehamilan.
- Ante fleksi
- Tidak nyeri goyang pada adneksa.
- Pemeriksaan lab tidak dilakukan
Diagnosa : Akseptor IUD (CuT 380A) 1 minggu dengan erosi porsio k/u kurang baik.
Masalah : anemia. nyeri abdomen. ibu mengeluh perih pada vagina
IV. Planning
Tanggal 25-03-2010 Jam : 17.30 WIB
Intervensi :
-
-
-
- Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu yang kurang saat ini.
-
-
E/ ibu dan keluarga mengetahui tentang kondisinya
-
-
-
- Ajak diskusi keluarga mengenai (baik/buruknya) alternative tempat rujukan yang dituju
-
-
E/ ibu dan keluarga memahami alternative pilihan tempat rujukan dan mampu memilih tempat rujukan yang tepat.
-
-
-
- Kolaborasi dengan tempat rujukan yang dituju
-
-
E/ tempat rujukan telah menerima pasien dan mempersiapkan penerimaan rujukan
-
-
-
- Pasang Infus RD5%
-
-
E/ k/u ibu lebih baik
-
-
-
- Siapkan transfuse darah
-
-
E/ alat-alat transfuse darah sudah disiapkan
-
-
-
- Siapkan BAKSOKU
-
-
E/ persiapan untuk merujuk sudah lengkap
-
-
-
- Segera Rujuk ibu ke RS dengan persetujuan keluarga.
-
-
E/ ibu dirujuk dengan dampingan suami dan bidan sampai pada termpat rujukan.
PENUTUP
- Kesimpulan
Gejala erosi portio
a. Adanya fluxus
b. Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c. Adanya kontak bloding
d. Portio teraba tidak rata
Komplikasi erosi portio- Terjadi keganasan
Penanggulangan
a. Membatasi hubungan suami istri
b. Menjaga kebersihan vagina
c. Lama pemakaian IUD harus diperhatikan
- Saran
Diharapkan dengan adanya laporan asuhan kebidanan ini dapat berguna sebagai bahan pustaka untuk pembuatan asuhan kebidanan berikutnya.
Bagi Penulis
Dengan penyusunan asuhan kebidanan ini dapat berguna sebagai pengetahuan dan pengalaman.
Bagi Lahan Praktek
Diharpakan kepada petugas kesehatan bisa dengan cepat dan tepat dalam memberikan asuhan kebidanan ini sesuai dengan standart pelayanan dan diharapkan para petugas kesehatan bisa meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Saifudin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari. 1976. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=144&catid=7
Sarwono, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka : 2006, Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar