Kamu pernah dengar KTD? KTD adalah singkatan dari Kehamilan Tidak Diinginkan. Istilah kehamilan yang tidak diinginkan atau KTD mengandung arti sebagai kehamilan yang terjadi saat salah satu atau kedua belah pihak dari pasangan tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang sebenarnya diinginkan tapi tidak pada saat itu, dimana kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan. Banyak yang berpikir bahwa KTD hanya terjadi pada remaja yaa.. Tapi ternyata tidak lho, pada pasangan yang telah menikah pun KTD masih mungkin terjadi, oleh karena kehamilan yang terjadi memang sedang tidak diinginkan.
Kenapa bisa terjadi?
Nah, KTD tentu saja terjadi akibat telah dilakukannya hubungan seksual, baik yang dilakukan secara sengaja ataupun tanpa disengaja. Beberapa kejadian KTD disebabkan oleh karena tindakan perkosaan ataupun kekerasan seksual. KTD juga dapat terjadi karena kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi, bayi yang trekandung ternyata menderita cacat majemuk yang berat, kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan untuk menjalani kehamilan, karena adanya tuntutan karir, kehamilan terjadi karena incest (akibat hubungan antar keluarga), serta oleh karena kehamilan terjadi akibat dilakukan hubungan seksual pra nikah, sehingga dirasa masih belum saatnya untuk terjadi, yang didukung pula oleh karena rendahnya pengetahuan akan kesehatan reproduksi dan seksual.
Pada remaja, kehamilan tidak diinginkan terjadi karena remaja belum memiliki kesiapan untuk menjalani kehamilan, baik secara psikis, sosial, fisik, ataupun secara ekonomi. Hubungan seks pranikah yang dilakukan remaja cenderung berbanding lurus dengan angka kejadian KTD pada remaja.
Rendahnya pemahaman juga menyebabkan lahirnya mitos-mitos di masyarakat. Mitos yang tentu saja mengandung makna yang salah, seperti berhubungan seksual sekali tidak akan menyebabkan kehamilan, minum alkohol dan lompat-lompat pasca berhubungan seksual dapat menyebabkan sperma tumpah kembali sehingga tidak akan menyebabkan kehamilan, dan masih banyak lagi mitos lainnya. Namun sayangnya sampai sekarang masih banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut tidak salah. Hubungan seksual pranikah kini marak dilakukan remaja tanpa mereka tau risiko apa yang dapat terjadi selanjutnya.
Apa saja dampak KTD?
Dampak jika seorang remaja mengalami KTD dapat dilihat dari berbagai aspek terkait dengan kesiapan remaja dalam menjalani kehamilan. Remaja yang mengalami KTD banyak diantaranya yang tidak mendapat dukungan lingkungan sosialnya, remaja dikucilkan, atau bahkan terpaksa berhenti sekolah. Secara psikis tentu akan ada tekanan, baik itu perasaan bersalah, menyesal, ataupun malu. Dan yang paling penting, KTD yang terjadi pada remaja kerapkali berujung pada pengguguran kandungan yang tidak aman dan berisiko. Usia remaja merupakan usia pematangan organ reproduksi, ada kalanya dimana seseorang sudah siap hamil atau belum. Usia muda menjalani kehamilan tentu lebih berisiko terhadap terjadinya masalah pada organ reproduksi kamu.
Lalu berapa usia yang kiranya baik untuk hamil?
Jika dilihat dari segi fisik, usia yang dianggap paling baik untuk mengandung adalah pada usia subur perempuan yaitu 20-35 tahun. Kehamilan di atas usia 35 tahun dan dibawah usia 20 tahun termasuk kehamilan berisiko tinggi. Pada usia kurang dari 20 tahun, kondisi fisik panggul belum sempurna sehingga seringkali ketika melahirkan harus melalui operasi caesar. Sedangkan bila usia lebih dari 35 tahun, maka akan ada kecenderungan mengalami pendarahan setelah melahirkan. Selain itu juga akan berisiko terhadap terjadinya kematian ibu dan bayi. Selain aspek fisik, perlu juga diperhatikan aspek psikis, sosial, dan ekonomi. Secara sosial apakah sudah mendapat dukungan dari lingkungan, secara psikis apakah sudah siap menjadi seorang calon orang tua, dan secara ekonomi apakah sudah mampu menghidupi keluarga baru kalian.
Bagaimana kita dapat mnecegah KTD…
Pertama tentu saja dengan tidak melakukan hubungan seksual sampai kamu benar-benar siap untuk mengalami kehamilan (abstinensia). Tapi jika memang sudah kebelet carilah informasi yang tepat agar kamu dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Apa yang sebaiknya yang dilakukan remaja jika ia sudah terlanjur hamil?
Pertama-tama yang harus kamu lakukan ialah memastikan apakah kehamilan yang kamu alami memang benar kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) atau bukan. Selanjutnya jika ternyata kehamilanmu memang KTD, kamu dapat mempertimbangkan beberapa hal, apakah kamu ingin melanjutkan kehamilan atau tidak. Jika memutuskan untuk meneruskan kehamilannya maka perlu dipikirkan apakah akan menikah, membesarkan anak seorang diri, ataupun memberikan anak tersebut untuk diadopsi (biasanya hal ini berlaku untuk kasus-kasus khusus seperti pemerkosaan dan kekerasan. Jika dirawat sendiri maka remaja harus siap secara ekonomi, psikis, dan sosial. Remaja tersebut harus memiliki kesiapan keuangan untuk menjamin kesejahteraan anaknya, memiliki kesiapan mental dan kejiwaan untuk dapat menerima dan memelihara anaknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang, serta mampu mengantisipasi kendala yang mungkin ada di lingkungan dan beradaptasi dengan lingkungan itu sendiri, sehingga si anak nantinya tidak akan terlantar sehingga dapat hidup dengan sehat dan layak.
Jika memutuskan untuk tidak meneruskan kehamilannya maka perlu dipertimbangkan risiko yang akan dihadapi, kemungkinan timbulnya penyesalan dan perasaan bersalah, kemungkinan terjadinya infeksi yang dapat mengakibatkan peradangan, dan risiko kemungkinan timbulnya kemandulan. Maka dari itu carilah informasi, agar kamu tau kemana kamu dapat mencari pertolongan yang tepat dan aman.
Diskusikan apa yang kalian alami pada orang terdekat yang kiranya dapat dipercaya/ dapat menjaga rahasia agar ada dukungan dan simpati yang dapat membuat kita jadi lebih tegar. Tidak usah mencoba hal-hal yang sering dilakukan orang lain yang mengalami KTD misalnya: minum jamu, memijat atau memukul bagian perut, memasukkan sesuatu kedalam vagina dan rahim yang tentunya dapat berisiko terhadap kesehatan kamu. Jika kamu masih mengalami kesulitan dalam mempertimbangkan keputusan yang akan diambil, sebaiknya konsultasikan diri pada konselor kesehatan reproduksi ataupun biro-biro konsultasi psikologis. Melalui konseling remaja dapat mendiskusikan bersama masalah-masalah yang dihadapi dan memutuskan alternatif-alternatif yang mungkin bisa diambil.
Peranan Lingkungan…
Bagi mereka yang mengalami KTD, dukungan lingkungan tentu sangat diperlukan. Perhatian serta pengertian tentu sangat dibutuhkan. Jangan sampai kita sebagai pihak yang seharusnya mendampingi malah menyalahkan dan akan membuat remaja semakin merasa terperosok. Sekarang bukan bagaimana mencari siapa yang bersalah tapi bagaimana mencari pemecahan masalah bersama. Selain itu bagi kamu para remaja, ada baiknya jika mulai sekarang kamu dapat mencari informasi ke tempat yang tepat sehingga ke depannya tidak akan ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Kamu juga akan dapat menjaga kesehatan organ reproduksimu dengan lebih baik.
Sumber: Tanya jawab seputar seksualitas remaja . lentera sahaja PKBI DIY
Ilustrasi: http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Remaja-Hamil-01.jpg | https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9w9dIbu_Fmr21xp3KneJyUVS9GJsWgXWslOsr-nZ82frrSBzgLeBuIwle795hBBiYGku63tz6SPEtQDa3ZVsnNOW4_uyGZOrpLYZLNV0G8tTgvVqS6NEEj_0FaEvRBqoblbatF-cdb1E/s1600/Remaja-hamil.jpg
0 komentar:
Posting Komentar